Oleh:Jackson Ikomouw*)
Jackson Ikomouw. (Foto/Dok) |
Sadis ! ini akan merujuk pada pemusnaan etnis
Melanesia di tanah Papua. Untuk mengantisipasi problem ini, setiap induvidu perlu
ada kesadaran karena ini bukan budaya
orang Papua. Sebab, ketika kita menikah akan terjadi kemandulan dan dampaknya
hingga keluarga.
Dalam
sejarah telah mencatat bawah “Obat pembebas Panis bukan Budaya orang Papua tetapi dibawah datang oleh kaum imigrasi dan Transmigrasi ke
Papua.” Rupanya bagian dari upaya
pemusnaan ras Melanesia yang dilakukan pendatang di Papua. Kemudian, penjualan obat pembesar panis di Papua bebas diperjual
belikan, dan belum ada pengawasan dari
pihak keamanan hingga saat ini. Oleh
sebab itu dicurigai bawah, pihak keamanan juga ikut melindungi persoalan
tersebut untuk membunuh generasi bangsa. Namun jelih dalam memilih hal yang
baik dan buruk. Sebab Penjajah pasti akan menggunakan bahasa yang enak
didengar, untuk menggoda generasi bangsa.
Disini
saya berbincang-bincang sedikit dari hasil pantauan saya bersama Jemi Pakage
diatas Kapal.
Ini Hasil Pantauan
Waktu
menunjukan pukul sembilan. Kami menaiki Kapal Ngapulu dari palabuhan laut Samabusa
Nabire menuju Pelabuhan Serui. Tujuan kami berdua menuju ke Kota Holandia kini Jayapura
untuk daftar Jemi Pakage mengikuti tes pendidikan Militer.
Kapal
yang kami tumpangi mulai stom. Tummm..tumm..tumm ABKB siap muka belakan
Tummm..tumm..tumm ABKB siap muka belakan Tummm..tumm..tumm ABKB siap muka
belakan. Selepas dari pelabuhan Nabire. Ngapulu mulai star menuju pelabuhan Serui. Maka kami berdua mengambil tempat tidur di Dek-4 bagian samping kiri, dan menyimpang tas/Noken ditempat tersebut.
Beberapa
menit kemudian, teman saya ajak ke cafe untuk mengopi bareng, “Nogeii wadouto Café
nauwii ! Enano nauwii nogei. namun kami berdua
menuju ke-Dek 8. Pass di Dek-7 terlihat
orang-orang sedang kerumunan. Karena penasaran menuju ke tempat tersebut. Katika dilihat dari
dekat, Manusia pendek ini lagi jualan
obat pembesar panis semacam minyak gosok. Dia asal Makassar.
Ekpresinya. Dia bicara banyak untuk menarik perhatian
orang-orang disekitaran situ. Kemudian manusia pendek asal Makassar itu bilang;
“Pache, Ini soal harga diri, harganya
murah dan bisa pake berulang-ulang kali bahkan dalam waktu seminggu kelamin
panjang dan/atau besar.” Sesekali Dia
menunjukan foto panisnya. Dengan foto yang dia potret itu sangat meyakinkan orang-orang
karena panis besar dan/atau panjang sehingga
ada yang membelinya.
Dari
hasil pantauan ini; banyak generasi muda yang belum menikah membeli obat tersebut. Seusai
itu saya memintah teman Jemi untuk langsung menuju ke café De-8 untuk ngopi
bareng. Demian hasil pantauan saya.
Ketika
ditanya Paitua Google. Masuk ke pencarian lalu tulis Papua, Minyak Pembebasar bermunculan
dihasil pencarian. Hal ini saya merasa kesal. Pada hal saya bermasud untuk
membaca berita tentang soal Papua. Media yang selalu update dan/atau publikasi
adalah media http://forum.viva.co.id. Ini stigma buruk yang dilakukan oleh kaum penjajah
terhadap orang asli Papua. Mengapa saya merasa kesal ? sebab ketetika
dikunjungi remaja/pemuda yang belum menikah, akan timbul pikiran negative
sehingga berniat untuk membelinya.
Saat
dibeli, tentun belum tahu tata cara pemakaian sehingga akibatnya kelamin rusak dan
terjadi kemandulan walaupun masih produktiv. Dalam persoalan ini, kita tidak
menyadari sebab kita didoktin bahasa-bahasa enak dicernah. Maka, jangan biarkan
persoalan terus meningkat dikalangan
remaja/pemuda di Tanah Papua. Sebab bangsa ini sedang membutukan kami. Untuk melakukan
yang terbaik, dan ketika kita lahir diatas bumi cendrawasih demi melanjutkan
tongkat estafet para Palawan bangsa Papua gugur dimakan bintang liar.
Ingat
! Kita sebagai generasi Papua perlu ketahui, kita sedang dibunuh melalui
berbagai cara. Tetapi kita belum sadar akan soal ini. Namum perlu ada kesadaran
pada setiap kita.