Selasa, 14 Januari 2014

Kisah Si Penginjil Tua


KETIKA itu saya memasuki pintu gapura disebuah gubuk.  Gubuk tersebut  berukuran 5 x 5 Persegi. Halaman bagian depan gubuk, seluas 20 X 17 persegi. Diluar gubuk itu dilihat hiasi dengan berbagai macam  tumbu-tumbuhan, diantanya bungah Anggerek, bungah mawar, Pohan Kasuari, dan bahkan banyak tumbuhan dan tanaman  lainnya didepan halaman Pondok itu.

Kebetulan memandang ke dalam gubuk itu, ada seorang Tua berjenkot putih  sedang duduk disebuah kursi Rotan sedang dengar-dengan lagu Rohani sambil minum Teh  hangat di Pagi hari .

namun saya berniat untuk  masuk ke dalam gubuk itu, ketika  masuk, saya mengatakan, “ Baa, Koya Abata (Mee). Bapak Selamat Pagi,” Ucapku sambil  Kipoo Motii (salaman Orang Papua). ternyata sendirian dalam Gubuk itu.

Paitua Kumis putih itu menjawab, “ Shaloomm,  anakKu…….. Jecksonnnnn …..selamat datang di Gubuk , “  kata Paitua berjengkot putih itu dengan penuh antusias. 

Saat melihat kondisi dalam gubuk itu, dihiasi dengan berbagai macam perhiasan bahkan juga ada satu unit computer dibagian sudut, dan Musik Band satu set di samping kanan. Saya merasa heran, Gubuk itu kecil tetapi perabot dalam gubuk memikat perhatian.

Seusai itu. Paitua persilakan duduk disebuha kursi. Maka, sayapun duduk di kursi yang telah disediakan didalam Gubuk itu. 

si Tua itu memanggil anaknya.  “Linda…Linda.. linda” kata paitua itu sekitar tiga kali.

 “Ya,Bapa, Jawab anaknya 

 “Ko buatkan teh untuk ko punya kaka Jeckson, “ Kata si Tua itu kepada anaknya.
Selagi anaknya mempersiapkan teh buat saya. Bapak itu bertanya, “ selama ini ko tinggal dimana saja ?

 “ z di Rumah Auri saja, tra ke mana-mana, “ Jawab saya.

Saat kami dua sedang intraksi, anak Si Tua bernama Linda itu ke dapur buatkan teh hangat. sepuluh detik kemudian Anak bungsu, si Paitua itu membawah datang segelas teh hangat untuk saya.
Sambil minum teh di pagi itu, Si Tua itu mengatakan, “  Anak, besok za rencana mau pelayanan  di Kampung Muri.

 “Anak, ko mau ikut Bapa ke Kampung Muri ka ? Tanya Paitu itu, sambil minum teh hangat.
Saat mendengar Kampung Muri, saya merasa nama kampung tersebut baru didengar
Karena penasarann, saya balik bertanya, “ Bapa Kampung Muri itu dibagian  mana ?

Jawab Paitua,”Kampung Muri terletak di dekat telaga Yamor, antara Kabupaten Nabire dan Kabupaten Kaimana. 

Tanya saya,”  Kampung Muri Wilayah Administrasinya  masuk dalam kabupaten Nabire atau Kabupaten Kaimana ? 

Jawab Bapak, “ Anak, Wilayah Administrasinya, de masuk dalam Kabupaten Kaimana, Propinsi Papua Barat. Akan  tetapi kondisi masyarakat disana, belum ada perhatian dari Pemerintah, dalam hal  pelayanan Pendidikan dan Kesehatan bahkan disektor lainnya. Kata Si Paitua, sambil menggelengkan kepalanya. 

 “Sebab pada tahun lalu saya sempat pelayanan disana, ada salah satu perusahan kayu yang sedang operasi di kampung Muri tetapi tidak diperhati nasib rakyat setempat, seenaknya menguras kekayaan mereka “ Katanya.

 “ Maka, Bapa sengaja ajak Jackson to, supaya dari sekarang mulai pelayanan kepada Umat Tuhan serta membantu Bapa untuk memikul barang, “ Kata si Tua itu.

Ketika saat keasikan diskusi, kebetulan handphone  saya ada panggilan masuk dari Nahum Madai. saya angkat panggilan masuk itu.

Hallo selamat Pagii Nogeiii (Teman),” Kata saya

Nogeii ko dimana ? sekarang ni za mau ke Lagari niii…

“Nogeii,  di Batalion nii dengan Pak Jack, 

Tanya Nahun. “ko mau ikut za ke Lagari ka?

Nogeii, “ Mau ikut ni, jadi  datang jemput za sudah   di rumah Batalion

Oke baik Nogeii, ko tunggu za mau datang jemput ni. 

Paitua itu bertanya, tadi itu siapa yang telpon ?

“Itu z pu teman Nahum

Beberapa Menit kemudian Nahum tiba, Nahum SMS saya dari depan Gubuk itu

Ketika teman saya tiba.  secara terburu-buru saya minta pamit. Sambil salaman .

“Ba, Koyaaooo abata ani kii Lagari Uwinekaa, Nogeii Nahum Mananategi kaa.  (Bapak, selama Pagi, saya mau ke Lagari jadi , soalnya  za pu teman  Nahum ada panggil  niii).

Maka saya bersama teman Nahum Madai menuju ke Lagari menggunakan sebuah Motor RX King.  Saat hendak menuju ke Lagari di ditelpon si Penginjil Tua di tengah perjalanan.

“Anak, kamu siap. Besok pagi kamu ikut ke daerah Selatan Papua. Anak nanti bantu pikul genset ya,” kata Si Penginjil Tua.

Saya merasa kesal, sebab saya belum ada persiapan untuk pergi ke daerah yang dimaksud.
“Adoo, Bapa saya sibuk jadi tra bisa,” tutur saya dengan rasa kesal.

“Harus ikut anak,“ kata Si Penginjil Tua dengan nada keras dan akhirnya saya bersedia untuk mengikuti si Penginjil Tua .

Saat membagikan Pakean ke Umat
di Kampung Muri (FOTO/Ils)
Keesok harinya,  mulai perjalanan menuju ke sebuah kampung terpencil yang terletak diantara Kabuaten Nabire dan Kabupaten Kaimana untuk mengabarkan injil dan memberikan pelayanan kepada umat Tuhan. Waktu yang ditempu ke kampung tersebut selama dua hari. Perjalanan sungguh sangat melelahkan namun kami tetap melajutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Saya memikul sebuah diesel di bahu.

Ketika tiba di Kampung Urubika, hujun mengguyur deras membasahi semua barang bawaan. Walau demikian,  tetap melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan kami.

“Anak ini hujan deras jadi kami istrahat di rumah podok itu,” tutur Si Penginjil Tua yang juga Alumni STT GBI Mawar Saron sambil memikul sebuah tas lanser.

Sesaat setelah kami berteduh, pondok yang kami tumpangi  roboh.

“Wuuuuuu wuuuuu wuuuu,” saya berteriak sambil melompatkan  diri ke arah kanan pondok yang sedang roboh itu

Saat itu, saya tidak berpikir apa yang dialami Si Pengijin Tua itu. Ternyata, bagian jari tangan terluka .
Saya bertanya, “ Bapak Jari ada darah itu kenapa ?

“ Ahhhh itu Tadi ada terjepit di kayu, saat Pondok roboh,” Kata Si Tua.

 Namun, hal yang kami  Syukuri, semua barang bawaan dalam kondisi aman. 

Walau kesehatan Si Penginjil Tua kurang baik, tetap melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan .

Kami tiba di sebuah kampung yang terletak di bibir Telaga Yamor saat waktu telah menunjukan Pukul 05.00  sore.

Selanjutnya, kami numpang pada sebuah truk berwarna kuning milik Perusahan Kayu untuk melanjutkan perjalanan ke Kampung Muri dengan jarak tempuh sekitar 200 km. Dan akhirnya kami berdua tiba dengan keadaan selamat ke tempat tujuan kami.

Kami disambut antusias oleh masyarakat di Kampung Muri, sambil menyanyikan lagu “ selamat Datang-selamat Datang”

 Ketika si Penginjil Tua itu melihat kegembiraan masyarakat di kampung itu, Ia mencucurkan Air matanya, sambil salaman dengan warga di daerah terpncil itu.

Namun, beberapa detik kemudian Saya juga  mencucurkan air mata, ketika melihat kondisi tubuh mereka yang terinveksi penyakit kulit.

Rumah yang mereka huni, dibangun dari kulit kayu, atapnya dari daun pohon bobo. Berukuran 5 X 5
Seusai itu kami diantar ke rumahnya Pendeta yang sedang pelayanan di kampung tersebut.

Saya tanya ke Pendeta  itu, nama Bapak siapa ?
Markus Anou

Pelayanan disini sudah Berapa Tahun ?
20 Tahun

Namun saya bertanya lagi“ perusahan yang sedang operasi itu, nama perusahannya apa ya ?
Ia menjawab,” Itu nama Perusahan Sentrico ,”Jawabnya

Di Perusahan ini, ada masyarakat sini yang jadi Karyawan ka tida ? tanya saya.
“Trada, karena mereka disini, tra tau membaca dan menulis

Saya tanya, di kampung ni ada Sekolah ka trada ?
“Disini trada sekolah,  Jawabnya. 

Karena trada Sekolah saya yang biasa mengajar membaca dan menulis, “dari hari senin sampai dengan Sabtu, klau hari  Minggu pimpin Ibadah di Gereja” Jalasnya.

 Kata Pendeta Anou lagi, Puji Tuhan…..Sekarang sudah banyak Masyarakat yang  tahu membaca dan menulis, “ Ujarnya sambil masuk ke dalam rumahnya

Apakah, ada perhatian dari perusahan terhadap Masyarakat disini ka trada, “Tanya saya sambil memikul barang.

Yaaa ada, “kemarin lalu, pihak Perusahan ada berikan sebuah Disel  untuk penerangan di kampung ini. serta Transportasi sudah sediakan oleh pihak perusahan kepada Masyarakat sini. 

tanya lagi, “Bapa, Untuk Pendidikan Perusahan perhatikan kaa, tida ?
Tradaa, Kata Pendeta itu

Lanjutnya, “waktu lalu saya mendesak Perusahan untuk memberikan beasiswa  agar mereka bisa sekolah di Kota. Akan tetapi hinggah kini belum ada jawaban dari Perusahan Sentrico, “ Kata pendeta  Anou itu sambil mengankat barang yang kami bawah dari Nabire itu.

Kemudian saya merasa ngantuk, saya pun membaringkan diri di tempat tidur yang  sudah disedia oleh Pendeta Anou.

Ketika hari mulai pagi, Si Pendeta Anou itu telah menyediakan sarapan pagi.

Namun, sambil menikmati sarapan Pagi, saya bertanya,” Suku di Kampung Muri ini Suku apa ee ?
Suku yang mendiami Kampung Muri adalah Suku Meree, yang awalnya mereka ditemukan oleh Penginjil Papua, Pendeta Anow pada Tahun 1992. Saya sendiri,’ katanya sambil ketawa heheheheheheeheheheheheh

Beberapa waktu kemudian, si Penginjil Tua itu mengabarkan Injil dan membagikan pakaian kepada Umat Tuhan di Kampung Muri sebagai hadia Natal. 


Walau menghadapi hambatan demi hambatan, masalah demi masalah tetapi Si Penginjil Tua ini tetap bertekad melanjutkan visi dan misinya. Namun, sampai dengan saat ini masih terus melayani di pedelaman Papua. Si Penginjil Tua yang maksudkan adalah Pdt. Jack Yeskhel  Ikomou, S.Th. Usia (67 Tahun). Sekarang beliau sebagai Ketua Departemen PI & Doa Sinode Kingmi Papua. Banyak pengalaman yang beliau lalui semasa muda. Ia fokus untuk pelayanan secara religious dan/atau membangun iman kepercayaan kepada Tuhan di Pedalaman Papua.

Tidak ada komentar: