Oleh: Jackson Ikomouw*)
Pembunuhan yang dilakukan oleh Militer Indonesia di Tanah Papua. (FOTO/Dok) |
“ Kamu .. sungguh…..! saya dorong motor sangat-sangat
capeh sekali, sampe keringan mengguyur di tubuhku.
Sambil
mendorong Motor, saya melihat ke arah kanan, ada sekitar empat orang sedang buat
keributan. Dari ke empat orang tersebut tiga lainnya ada genggam balok
lima-lima di tangan mereka. Namun dua detik kemudian, dengan balok yang mereka pegang
memukuli salah satu dari mereka itu “hinggah jatuh di tanah”. Ketika dilihat
dari pertikaan jalan masuk pasar baru Enaro, ketiga orang tersebut ada menggantungkan senjata
laras panjang dibelakan tubuh mereka. Saat itu mereka mengolok-olok sambil memukul.
Ketika
lihat dari dekat. waooo ternyata; Anggota Militer 753 yang melakukan pemukulan
itu. Perasaan saya; sangat ketakutan melihat
mereka, namun saya dimintah oleh satu anggota untuk tidak memandang mereka, dan
bahkan dimintah secepatnya dorong Motor saya, ini kata Dia, Kamu lihat-lihat kesini
untuk apa ? Katanya. Perkataan Dia itu bikin saya sangat ketakutan. Cepat, kata
Militer itu, “ko dorong ko punya motor itu, dari pada ko dapat tembak, “Tegas
Tentara 753 Pos Enarotali itu secara emosional. Namun, dengan perasaan takut,
saya mendorong motor kearah Warung/Kios untuk mengisi bensing ecerang.
Saat
mengisi bensing, saya dilayani oleh seorang mama asal Butong. Kemudian saya
memandang ke arah peristiwa pemukulan tadi. Ternyata, orang yang mereka pukul ditarik
kaiya binatang ke dalam sebuah parit di samping kiri. Hal ini telah disaksikan
juga oleh Ibu yang penjual Bensin. Kata Ibu itu, “Astafirulah hallajim, mereka
berani sekali, masih jam 8 baru lakukan seperti begitu, “Kata ibu yang melayani
saya itu.
Maka, dari ketiga Militer tersebut; dua orang lainnya
langsung pulang lewat jalan raya dengan
menggunakan Motor ke arah Kantor Kehutanan lama. Salah satunya, menuju kearah saya, menggunakan sebuah kendaraan
roda Dua. Warna merah. Nomor Polisi sudah dicopot. Ketika dilihat dari dekat ternyata; anggota
Tentara 753, Ia tugas di Pos Enarotali. Postur tubuh tinggi. Bahkan Ia pun ada
gantung senjata dibelakan ditubuhnya. Ia sering main Bola Voly. Namanya Muda D.
Asal dari Maluku.
Saat
Ia tiba depan saya. Awalnya dia perhatikan motor saya, dan memandang muka. Merasa sangat ketakutan sampe hati buk
bak…buk bak..tra bisa tenang, ingin pulang secepatnya kerumah. Namun. Muna pun,
mengisi bensin sekitar empat liter ditempat yang saya isi, akan tetapi Ia tidak
membayarnya. Saat itu saya berpikir untuk lebih dahulukan Dia meninggalkan
tempat lalu saya pulang dari belakan,
dari pada nanti Dia ikut saya dari belakan.
Seusai
itu, saya pun langsung pulang ke rumah melalu jalan yang tadi saya lewat. Saat itu
saya punya perasaan untuk melihat kondisi tubuh pada orang yang dipukuli, tetapi
merasa sangat ketakutan namun saya langsung pulang ke rumah. Ketika tiba
dirumah, kejadian tersebut saya ceritakan kepada adik-adik saya, yang datang bermalam di rumahKu.
Waoo, Sabarah Didepan Rumah
DUA hari
kemudian, Pada 13 Oktober 2010. Sebuah Kendaran roda empat atau sabarah milik
kepolisian mendatangi rumahku, saya
kaget ketika kendarahan itu berhenti didepan rumah. Dalam sabarah tersebut
ditumpangi enam orang. Dari enam orang tersebut, salah satu adalah teman saya
Jhon Kobepa. Saya kenal Jhon saat Kulia, Ia se Kampus dengan saya di Kota Bandung,
Jawa Barat.
Saya tanya, Nogeii, mereka dengan masud apa
kesini ? Tanya saya dengan perasaan takut, Ah..Nogeii mengenai Insiden kemarin
lalu malam itu. Karena, kata Jhon, “dari
pihak kepolisian mau minta keterangan sebagai saksi, “Ujarnya.
“Nogei,
siapa yang bilang saya sebagai saksi, dalam kronologis itu ? Tanya saya.
Kata
Jhon; “Nogeii ana-ana yang tinggal di ko punya rumah itu yang kastau, kemarin
malam ko ada cerita dengan dorang ka ? Tanya Jhon. Kemudian saya menjawab, “yaa,
benar Nogeii kemarin malam pulang dari
PLN saya cerita dengan dorang mengenai peritiwa itu.
"bagimana
dengan pertiwa itu ? Tanya saya.
Yang korban dari peristiwa ini adalah Riky Zonggonau. Ia Mahasiswa Akademi Keperawat (AKPER) itu. Sampai
saat ini mayatnya belum ditemukan, “tuturnya.
Jadi , lanjut jhon, “Nogei ko jangan takut, kerena ko dipanggil piahk kepolisi hanya
untuk diminta data seperti yang ko
saksikan malam kemarin itu. Kemudian Jhon Menambah, Bukan hanya ko saja yang
saksi, tetapi ada beberapa ana-ana juga saksi dalam insiden ini.
Kemudian,
kami menggunakan Sabarah menuju Kantor Polres Kabupaten Paniai di Kampung Madi, untuk memberikan keterangan terkait
pembuhan terhadap Riky Zonggonau. Perjalanan
yang kami tempu sekitar lima belas menit. Namun kami memasuki ruangan reserse
untuk memberikan keterangan.
Walaupun,
kami sudah memberikan keterangan terkait pembunuhan, Riky Zonggonau, Mahasiswa
Akademi Keperwatan (Akper) sampai dengan saat ini, belum ada proses Hukum
terhadap ketiga Anggota Militer Batalion
753 itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar