Rabu, 27 Maret 2013

Penderitaan Masih Belum Berakhir

Oleh: Feredy Tebai

Foto Ilustrasi
Kita telah dan sedang mengalami segala bentuk kepedihan dan penderitaan dan semuanya terpatri kuat dalam ingatan kita. Kendatipun demikian masa-masa itu akan berlalu dan masa depanlah yang akan menanti kita sekarang. 
Masa depan bukanlah untuk menyerah dengan keadaan atau mencari kepentingan golongan dan pribadi tetapi untuk tetap berusaha sehingga kita dapat memenuhi janji dan tekat para pendahulu kita.

Pengabdian kepada Papua berarti pengabdian kepada beribu-ribu rakayat yang telah lama menderita. Itu berarti kita harus mengakiri penderitaan dan kehidupan yang penuh traumatis ini dan meyakinkan kepada mereka bahwa kita sedang memperjuangkannya. Ambisi terbesar dari generasi kita adalah untuk menghapus setiap tetesan air mata dari setiap mata. Hal ini kita akan capai, tetapi selama masih ada air mata dan penderitaan, selama itu pula usaha kita belum akan berakhir.

Jadi kita harus bekerja keras demi mewujudkan impian-impian kita. Impian –impian untuk terbebas dari segala bentuk penderitaan dan memperoleh hak hidup yang layak di atas Negerinya sendiri tanpa dihantui oleh ketakutan dan traumatisme……
 
Penulis adalah salah satu Mahasiswa Papua di Bandung Jawa Barat

Sabtu, 23 Maret 2013

NAPAS Berikan Foto Gusdur sebagai Penghargaan atas Meluruskan Sejarah Papua

Ketua Panitia Konferensi Nasional Papuan Solidaritas (NAPAS) saat memberikan foto Gusdur. Foto: Jekikom

Jakarta, SUARA INDEPENDEN - Nasional Papuan Solidarity (NAPAS) memberikan Sebuah Foto Gusdur ke the Wahit Institut sebagai penghargaan, foto tersebut diterima oleh anak bungsu Gusdur atas nama Inayah dibawah foto tersebut ditulis "Gusdur Guru Demokrasi Papua" . 

Pantauan suara independen disela-sela acara Konfrensi NAPAS di Gedung wahit Institut Jakarta, Sabtu,(23/03/2013). Pukul 10.00 WIB. Ketua Panitia Konfrensi NAPAS Sem Awon, mengatakan saat berikan foto, Abduraman Wahid Presiden Indonesia yang Ke-4 atas merubah nama Irian Jaya menjadi Papua pada Tahun 2000 lalu, Kata Ketua Panitia Konferens NAPAS itu.

Namun. Lanjutnya, Gusdur juga perna menarilk pasukan Militer dari Papua dan melarang militer untuk melakukan Operasi di Tanah Papua. Bahkan Gusdur juga membuka ruang Demokrasi yang seluas-luasnya bagi Rakyat Papua untuk menyampaikan Aspirasi, "tuturnya disela-sela menyerakan foto Gusdur ke Inayah anak bungsung Gusdur. Inayah mengatakan, Kawan-kawan Perjuangan disini tempat kami The Institut Wahid,, jika ada kegiatan kemanusia dan/atau acar kemanusiaan di Indonesia khususnya bagi Papua maka kami akan ijinkan untuk menggelar kegiatan ditempat ini. (JI)

Sabtu, 16 Maret 2013

Mari Refleksi dan Terus Membangun Papua

Oleh Jhon Pekei
 
Sejak Bangsa Papua diintegrasikan kedalam  Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), saat itu pulalah manusia Papua menghadapi krisis sumber daya Manusia. Artinya bahwa, manusia Papua  kehilangan identitas  untuk tetap bereksistensi pada dirinya sendiri.

Ibaratnya Manusia Papua yang hidup di dunia semu. Dunia yang tak semestinya nyata. Togel adalah salah satu contoh proses penciptaan bahwa kehidupan Papua berada dalam dunia tidak nyata. 

Sedikit cerita ketika bersama Belanda saat itu. Belanda cukup menjawab hal itu dengan memperdayakan orang asli Papua dengan berbagai keterampilan, pelayanan pendidikan yang berpola asrama dan pelayanan kesehatan yang baik. Dan saya kira ini satu contoh yang patut dicontoh untuk membangun manusia dan alam raya Papua.

Tetapi Indonesia terhadap Papua hari ini tak menjawab hal itu. Manusia Papua pada negerinya terbayang kehilangan identitas, apalagi menjawab krisis sumber daya manusia untuk membangun Papua yang mandiri, damai dan bermartatabat. 

Ketika kita melihat paket Undang- Undang Otonomi Khusus Papua  ( Otsus)  tahun 2001, Indonesia   tak menjawab hal ini bagi Orang Papua. Padalah, semestinya Otsus harus dilihat sebagai jalan tengah bagi orang Papua dan Indonesia. Adanya pelayanan kesehatan yang baik, adanya pendidikan yang baik  dan adanya pemberdayaan orang asli Papua melalui keterampilan yang baik. Namun realitas kini di Papua tak menunjukan keberhasilan dari otsus itu sendiri.

Kini yang ada di Papua hanya mengkrisiskan keadaan  untuk tak dapat maju, tak dapat berkembang dan lain sebagainya terhadap Orang Papua terutama melalui proses penciptaan krisis sumber daya Manusia. Contohnya seperti melalui  pengilan pemekaran di Papua. Hal ini menujukan bahwa, di lain sisi pemekaran mendatangkan krisis sumber daya Manusia. 

Hal ini karena dengan adanya pemekaran tentu menyerap tenaga- tenaga terlatih dan terdidik di daerah Pemekaran. Sementara masalahnya adalah sumber daya manusia Papua belum di bangun secara tuntas.

Tugas Masyarakat Papua

Kita telah melihat sebuah kondisi di mana orang Papua dihidupkan di dalam dunia semu. Dunia yang tidak nyata. Tetapi ini bukan berarti benang merah untuk pesismis. Tetapi, di situ kita Orang Papua diajarkan untuk tetap bereksistensi terhadap konsisi yang telah diciptakan oleh Indonesia terhadap orang Papua. 

Ada pertanyaan reflektif yang kira- kira musti dijawab secara pribadi oleh semua masyarakat Papua. Apa yang bisa dilakukan oleh masyarakat Papua terhadap proses penciptaan kondisi tersebut? 

Bisakah orang Papua sendiri tetap bereksistensi terhadap dirinya? Kemudian bisakah setiap keluarga bisa mengusahakan makan- minum secara sendiri tanpa tergantung dari proses penciptaan yang sedang berjalan?

Saya kira ini kita musti refleksi supaya kita tidak termakan oleh proses penciptaan dunia semu itu. Supaya dengan  bereksistensi, orang Papua terutama pada sisi sumber daya manusia dapat diadalkan oleh semua pihak. Bukan lagi tergantung dan melemahkan karakter ke-Papua-an sehingga lupa akan identitasnya, apalagi krisis sumber daya untuk misalnya membangun ekonomi keluarga.

Misalnya meminta pemerintah setempat untuk memfasilitasi soal pemberdayaan akan menghangkat potensi local yang langsung berhadapan dengan lapagan. Selain itu, Masyarakat Papua juga perlu mengusahakan makan minumnya sendiri tanpa tergantung pada pemerintah dan terutama pendatang yang menguasai sendi- sendi ekonomi di Papua. Apalagi konteks sekarang yang digilakan dengan pemekaran.

Tugas Mahasiswa Papua

Proses pengkondisian dalam kehidupan semu telah dan sedang berjalan di Tanah Papua. Ini menunjukan kepada mahasiswa Papua untuk  tidak tetap tinggal diam dan membisu. Tetapi realitas ini ingin mengajak kita semua untuk menjawab pertanyaan reflektif yakni, setelah selesai di kampus, saya akan buat apa untuk Papua? Minimal dari jurusanku saya akan buat apa?
Saya kira ini penting sekali untuk kita semua jabab sebagai orang asli Papua. Melihat diri mahasiswa Papua sebagai agen perubah bagi Papua. Hal ini tentu sebuah pertanyaan reflektif yang harus dijawab dari sekarang supaya ada  langkah persiapan, langkah aksi dan langkah fisishing yang kita boleh buat dari sekarang.

Contohnya, ketika nantinya anda ingin menjadi wartawan. Tentu langkahnya adalah membeli buku- buku yang berkaitan dengan dunia tulis- menulis. Kemudian selalu membaca buku dan berusaha memberanikan diri untuk menulis dan lain sebagainya. 

Contoh lainnya,  ketika anda ingin menjadi wirausaha muda Papua, maka tentunya berproses dengan semua hal mengenai dunia wirausaha.
Hal ini dimaksudkan untuk sekaligus menjawab sumber daya manusia Papua nantinya. Ketika kita selesaikan di kampus, kita kembali membangun Papua. Ini satu jalan eksistensi mahasiswa Papua kini. Supaya kita juga tidak terjebak oleh pengkondisian krisis di Papua

Harapan Papua ke Depan

Harapan ke depan, orang Papua hari ini adalah Papua berada dalam kondisi yang mandiri, aman, dan damai. Tidak berada dalam proses pengkodisian yang dibuat oleh Indonesia terhadap Papua. Satu jalannya adalah apa yang bisa dibuat oleh masing- masing orang Papua terhadap realitas yang sedang berkembang ini.

Orang Papua harus reflektif terhadap realitas yang sedang berkembang. Bereksistensi untuk menemukan ke-Papua-an yang ada dan akan ada itu. Supaya orang Papua  menjadi pelaku di atas negerinya. Bukan lagi objek  dan terhanyut terhadap  kehidupan semu yang telah dan sedang diciptakan. Tetapi tetap berdiri dalam kehidupan nyata arang asli Papua.


Jhon Pekei  adalah Mahasiswa Papua

Jumat, 15 Maret 2013

DICORETNYA PEMAIN PERSIPURA DIBANTAH

Ketua Harian Persipura, La Sya. (Jubi/Arjuna)
Jayapura,15/3 (Jubi)- Adanya rumor pencoretan tujuh pemain Persipura dari TC Timnas Indonesia dibantah Sekretaris Umum Persipura, La Siya.

Menurutnya rumor pencoretan tujuh pemain Persipura, yakni Boas Salossa, Patrich Wanggai, Emanuel Wanggai, Ferinando Pahabol, Ricardo Salampesi, Ruben Sanadi, Ian Luis Kabes oleh Pelatih Tim Nasional (Timnas), Luis Blanco dari training centre (TC) Timnas Indonesia adalah tidak benar.

“Permasalahan ini telah selesai, dan ketujuh pemain Persipura ini akan tetap akan ikut dalam TC Timnas. Tidak hanya pemain Persipura yang kabarnya dicoret akan tetapi juga pemain Mitra Kukar, Persisam, dan Sriwijaya FC, ” ungkap La Siya melalui telepon selularnya, Jumat (15/3)

Namun menurut La Siya para pemain ini juga ada benarnya, mereka tidak mengikuti TC pagi dikarenakan kondisi fisiknya masih bermasalah, kelelahan akibat perjalanan dan belum ada waktu untuk memulihkan fisik setelah mengikuti kompetisi. “Harusnya tidak dipaksakan untuk  berlatih fisik yang berat, ini tentu saja akan berdampak kepada cidera pemain nantinya, kan?” ujarnya.

Ia juga sangat menyayangkan adanya pemberitaan, yang seharusnya dikonfirmasi terlebih dahulu, “Menurut informasi dari Waket BTN dan Tim Manager Timnas, bukan hanya  ketujuh pemain Persipura saja yang rencananya dipulangkan tapi tidak jadi setelah melakukan latihan bersama anggota timnas yang lain pada sore hari tadi,” tegas La Siya (Jubi/sindung)

Sumber: Tabloidjubi.com

Foto : Anak Terlantar di Merauke

anak_terlantar_di_meraukeFoto anak-anak terlantar di Kota Merauke. Yustinus, Anita, Gervas, Tina dan Anton adalah anak-anak Asmat,  berusia antara 9 sampai 11 tahun, berdomisili di Pintu Air dekat Pelabuhan Laut Merauke. Mereka tidak sekolah. Setiap hari mereka mengumpulkan besi bekas di tempat sampah untuk dijual. Penadahnya adalah Haji Napa yang juga tinggal di Pintu Air. Haji Napa membelinya dengan harga Rp.1000/kg. Biasanya mereka mengumpulkan paling sedikit 3 kg dan paling banyak 6 kg dalam sehari. Setiap hari mereka menyambung hidup dengan cara ini. Ketika ditanya nama dan pekerjaan orang tua mereka, mereka hanya tersenyum malu-malu.***

Kamis, 14 Maret 2013

MEMORY: Penculikan Frengky Zonggonau di Enarotali



PANIAI, SUARA INDEPENDEN  -  Frengky Zonggonau Mahasiswa Akademi keperawatan (AKPER) Paniai di Enrotatadi Ia diculik oleh Oknom Tentara Nasional Indonesia (TNI) Batalion 753  yang bertugas di Pos Enarotali Papua sejak tahun 2010 tepatnya di Jln. PLN Enarotali Kejadian ini terjadi sekitar Pukul 09.00 Malam WIT.. Namun, sampai saat ini mayatnya belum di temukan. 

Kronologisnya, Awalnya Almr. Frengky konsumsi Minuman keras (MIRAS) bersam teman-temannya di ujung lapangan terbang Enarotali. Seusai mereka konsumsi Miras menuju ke Pasar enarotali.
 
Namun, beberapa detik kemudian pihak militer datangi pasar enarotali dengan menggunakan dua  sepeda motor yang berwarna merah dan Putih, nomor polisi belum dikatahui. 

Manurut beberapa saksi:

YG, Pass waktu itu ada lima orang yang datangi kehadap kita dengan menggunakan dua buah sepeda Motor dalam kecepatan yang tinggi maka tiba-tiba berhenti didepan kita. Lalu saya kastau Teman dorang, kawan ini TNI yang datang jadi kita siap-siap untuk melarikan diri. Pass kita lain melarikan diri tetapi kawan Frengky tetap menetab di tempat. Namun untuk selatnya tidak tahu apa terjadi.

Menurut JI, Frengky dipukuli oleh 5 Anggota, terlihat Oknom TNI tersebut menggangtungka Senjata Api di badan mereka. Saya merasa takut saat itu  . Sebenarnya saya ingin menolong Sdr. Frengky.

Saat itu saya lihat Frengky terletak ditengah mereka sambil mereka pukuli Dia. Pass saat itu saya lagi mengisi Bensing disebuah Warung di depan PLN Enarotali. Namun, saya memantahu dari jahu kearah kejadian namun terlihat Frengky dalam keadaan yang tak bernyawa alias meninggal Dunia, sehingga Dia ditarik macam binatang kedalam parit di jln. PLN oleh Oknom Militer tersebut.

Salah satu dari mereka yang terlibat dalam kasus penculikan datangi ke saya untuk mengisi Bensing di tempat saya isi,Okonom Militer tersebut Dia mengutang Bensing. Pass waktu itu saya lihat dia menggunakan sebuah Motor Kawasaki berwarna merah. Nomor Pilisi saya belum tahu. Oknom TNI tersebut bernama MUNA D Pemain Bola Voly. Dia sering bermain Bola Voly dari Arvita di Nabire saat Tournamen.

Seusai saya mengisi Bensisng saya balik lewat jalan yang sebelumnya. Saat itu saya ingin menolong Frengky tetapi saya merasa ketakutan dengan kedaan tersebut. Jangan sampe pihak korban menyalakan saya.

Sehingga Kronolis ini ditangai oleh Pihak Kepolisian Paniai untuk menyelidi, Namun sayang hingga sampe saat ini tidak ada hasil yang memuaskan bagi keluarga Korban.

Sebenarnya. Pihak kepolisian sudah mengetahu 5 Oknom Pelaku. Itulah kelakuan Kaum Kolonialisme Indonesia terhadap Bangsa Papua.

Banyak kasus kekerasan yang dilakukan oleh pihak Militer tetapi itupun dikelabuhi, tidak perna diungkap untuk menuntaskan persoalan Konflik di Tanah Papua






Rabu, 13 Maret 2013

HIDUP DI DALAM ALAM KENABIAN


Pengantar
Sebelum pelayanan awal kenabian saya pada tahun 1992 di Eropa dan Amerika Serikat Aku bertanya-tanya apa yang hidup di alam berarti kenabian.

Di tengah gejolak evangelis booming dengan tanda-tanda keajaiban karismatik dan keinginan saya adalah berada di tengah-tengah siklon spiritual tetapi gereja mengalami kesulitan untuk mengambil makna sebenarnya dari hidup di alam kenabian.

Ketika aku sedang mencari arti sebenarnya dari memenuhi panggilan dan hidup di alam kenabian saya menemukan bahwa itu semua dihubungkan dengan Roh Kudus.

Dalam pencarian berikut saya menemukan bahwa ada dua kata yang besar bahwa saya menjaga dengan kecemburuan sengit, yakni, kenabian dan kerasulan.

Gereja adalah "... dibangun di atas dasar para rasul dan nabi ... (Efesus 2:20)", dan jika dua kata tersebut hancur, kadarmı, membuat barang dagangan, kehilangan makna atau dibuat untuk berdiri untuk sesuatu yang Tuhan tidak berniat, maka kita telah kehilangan yayasan kami.

Jika ada sesuatu yang terkelupas tentang rasul dan nabi, maka apa yang akan suprastruktur jika itu didasarkan pada fondasi itu?


Suprastruktur tidak dapat melebihi yayasan, dan oleh karena itu yayasan layak perhatian yang paling melebihi.


Ini telah lama saya sukai dan kecemburuan, dan dalam arti tertentu tidak, semacam pengawas atas kata-kata, bahwa mereka tidak boleh digunakan tanpa pandang bulu atau ringan, yang sebenarnya adalah persis apa yang terjadi hari ini.


Bahkan jika kita tidak bisa mengartikulasikan atau menjelaskan mereka, kita perlu intuisi apa yang mereka wakili dan pentingnya apa yang mereka wakili, atau kita memang akan kehilangan mereka.

Saya akan melangkah lebih jauh untuk mengatakan bahwa ancaman terbesar dari kekristenan kita kontemporer, karismatik dan injili adalah sindiran murah dan cahaya untuk, dan penggunaan, kata-kata ini.


Kami melemparkan mereka tentang dengan kecerobohan besar dan ada menteri mengambil untuk diri mereka sendiri gelar mereka, atau memungkinkan mereka untuk menjadi begitu dijelaskan, yang tidak berada di kantor itu atau mungkin ekspresi palsu itu.


Ada fenomena ini terjadi di seluruh dunia dari perhatian mendadak pada pemanggilan kenabian.

Salah satu hal yang menarik untuk dicatat adalah popularitas sekarang dari panggilan itu, dengan orang-orang gembira tersandung off untuk berkemas keluar gereja untuk mendengar pria yang dipanggil 'nabi' dan 'wahyu'.
Ini adalah fenomena yang kita perlu menghadiri dengan hati-hati.


Kami diberitahu bahwa pada hari-hari terakhir ini bahwa akan ada nabi-nabi palsu, rasul palsu dan palsu urapan.

Dalam kitab Wahyu, jemaat di Efesus ini mengucapkan selamat oleh Tuhan untuk membedakan para rasul palsu, "mereka yang menyebut dirinya rasul, dan mereka tidak, dan Anda menemukan mereka untuk menjadi palsu (Wahyu 2:2 b)."


Saya terus-menerus kagum pada kenaifan dan ketidaktahuan dengan kata-kata yang besar sedang digunakan. Hal ini telah menjadi begitu buruk bahwa orang-orang bahkan tidak bisa membedakan antara karunia nubuat dan kantor nabi.

Saya tidak bisa memikirkan kebingungan yang lebih mendasar yang akan menghancurkan fondasi gereja daripada satu hal ini saja. Hal ini seperti kuas yang melukis semua dalam warna yang sama.

Kantor nabi yang begitu suci, "para nabi suci tua."


Karunia nubuat (1Cor.12: 10) adalah sesuatu yang lain dan dapat dilakukan melalui orang percaya sebagai kehendak Roh (1Cor.12: 11).

Itu tidak membuat mereka seorang nabi dan kita perlu membuat perbedaan itu.


Karakter yang paling tangguh dari penipuan dalam hari-hari terakhir tidak akan menjadi sesuatu yang begitu aneh sehingga dapat langsung diidentifikasi sebagai keluar dari perut neraka, melainkan itu akan dikemas dalam bahasa yang paling konvensional, ortodoks dan Alkitab .


Penganiayaan terhadap gereja sisa dari hari-hari terakhir ini tidak begitu banyak ancaman yang datang kepada kita dari dunia, melainkan dari dimensi agama yang berpikir bahwa mereka sedang melakukan Tuhan layanan.

Ini akan lebih sulit untuk membedakan yang baik dari yang jahat. Kejahatan jelas, tapi baik yang halus.

Baik telah banyak terjadi untuk itu dan banyak yang memuji itu, tetapi jika tidak baik dari Allah dan hanya berasal dari semacam altruistik, kepribadian humanistik, maka baik akan sama merusak kepentingan Allah sebagai kejahatan.

Yang muncul sebagai yang baik akan menghindarkan kita dari kehendak tertentu dan sempurna dari Allah, dan itu adalah, oleh karena itu, lebih mematikan daripada kejahatan karena tidak diakui sebagai kejahatan, karena itu dimaksudkan untuk menjadi baik.


Bagaimana, oleh karena itu, kita akan membedakan?


Kita harus membenci apa yang baik-baik yang palsu, apa yang dimaksudkan untuk menjadi baik, apa yang tampaknya menjadi baik, apa yang akan menarik humanistik untuk kita sebagai baik, menyenangkan atau kanan.

Kita perlu untuk membenci baik dalam arti bahwa, membenci sentimentalitas dan benci itu yang memberikan perasaan yang bagus.
Nabi palsu adalah orang yang berkata, "Damai, damai, di mana ada kedamaian." Dia membuat bagus ', dan yang kita tidak suka' baik 'dan menjadi' membuat bagus '.


Ada sesuatu yang merindukan untuk itu, dan karena itu mereka memiliki pasar siap, penonton yang besar, respon besar dan mailing list massal, karena kita ingin bahwa yang bagus, baik dan menyenangkan untuk telinga.

Ada dua jalur paralel, omong kosong, fiktif dan diasumsikan sombong laki-laki dan hal otentik, sekarang dalam proses pemulihan dari Tuhan.


Satu akan menyanjung Anda dan membuat baik dengan permohonan daging dan yang lain akan menghubungi Anda untuk salib, dan dengan itu Anda bisa tahu siapa yang benar dan nabi-nabi palsu.


Para nabi palsu Baal dengan siapa Elia dalam kontes benar-benar berpikir bahwa akan ada dewa untuk menjawab.

Mereka berpikir bahwa itu akan menjadi api dari langit.



Mereka bukan orang-orang sinis yang agama sikap karena mereka connivers, tetapi mereka benar-benar berpikir bahwa Allah akan melihat mereka menari dan melompat dan memotong diri dalam hiruk-pikuk.

Mereka tertipu dan menipu diri mereka sendiri.


Para nabi palsu dari hari-hari terakhir adalah laki-laki yang bermaksud baik dengan niat ikhlas, sepenuhnya diyakinkan bahwa mereka benar dan bahwa orang lain adalah orang yang berada dalam kesesatan.

Yang membedakan, oleh karena itu, salah satu dari yang lain?


Pertanyaan ini tidak hanya berlaku bagi mereka yang menyebut diri nabi tetapi juga untuk setiap individu di dalam gereja.

Ini masalah benar atau salah adalah isu penting dan itu adalah masalah salib di apropriasi otentik dan bukan hanya dalam pengakuan pengakuan iman.


Hanya untuk pengakuan iman mengakui kebenaran sesuatu itu sendiri jantung penipuan dan kesesatan.

Kami telah dirayu dan dibujuk untuk berpikir bahwa jika kita hanya pasif mengakui sesuatu sebagai doktrin yang benar, maka itu adalah pernyataan dari kebenarannya.


Ini jatuh pendek, bagaimanapun, realitas eksistensial bahwa Allah adalah setelah.


Jika kita sendiri puas dengan afirmasi pengakuan iman hanya dari kebenaran iman, dan tidak ditekan dan bergumul untuk mendapatkan kekuatan eksistensial itu, maka kita tidak akan bisa berkomunikasi kepada siapa pun.

Apa yang kita lihat dalam tanaman baru 'nabi' adalah kesaksian dari kekristenan gagal yang belum ditekan, tidak bergumul, tetapi telah puas dengan penegasan pengakuan iman belaka, cukup bagi kita untuk mendapatkan oleh, tetapi tidak cukup untuk kemuliaan-Nya
.

Semuanya terletak pada perampasan eksistensial dari iman.


Ada sesuatu tentang kekuatan menggoda persetujuan dan penerimaan manusia yang bekerja di dalam kita sebagai ragi untuk bencana.


Ada sesuatu yang pria mengingini harus disetujui oleh rekan-rekan mereka, untuk menerima penghargaan mereka dan harus dihormati oleh mereka.


Untuk tidak mempedulikan bahwa kehormatan dan persetujuan dan berbicara kata diperlukan namun banyak Anda akan membawa penolakan menyakitkan hanya dapat ditanggung oleh seseorang yang tidak memiliki kehidupan bagi dirinya sendiri.


Itu semua sama kepadanya, apakah ia diterima atau ditolak, disalahpahami atau disetujui, semua itu adalah untuk mengatakan, bahwa masalah antara nabi yang benar dan yang salah adalah masalah salib.

Sanjungan adalah modus antikristus menang dan mempengaruhi laki-laki.


Hal ini sangat memikat, bagi yang tidak suka akan tersanjung atau untuk diakui dan diakui?

Kita perlu, karena itu, untuk tumbuh dalam kemampuan untuk membedakan dan merasakan kebenaran pada umumnya, dan khususnya kebenaran tentang pemanggilan ini.



Ini juga mungkin bahwa praktisi tertentu begitu berseni dan begitu muncul menjadi kenabian yang banyak akan mengejar mereka, dan pria sejati, yang tidak dipotong kesan apapun dan merupakan 'gadis yg duduk tanpa berdansa', sehingga untuk berbicara, yang sama sekali diabaikan, dan namun ia adalah pembawa firman Allah.

Jadi apakah ada premi di gereja untuk datang usia, dan sangat datang usia, pada kenyataannya, juga pada saat yang sama, bagian dari proses kenabian.


Artinya, kita datang usia karena kita mendengar firman Allah, kata nubuatan yang mengharuskan kita untuk tumbuh dan tumbuh dewasa kita mampu melihat realitas hari-hari terakhir.

Minggu, 10 Maret 2013

Koteka Suku Yali Papua Terancam Punah

Koteka, tas kulit kayu, dan noken. Aneka suvenir di Pasar Hamadi, Jayapura, Papua.
JAYAPURA  Koteka khas kaum pria suku Yali  di Kabupaten Yalimo, Papua terancam punah, seiring makin banyaknya anggota suku yang menggunakan pakaian modern. Sementara, koteka ternyata tak hanya pakaian, tapi juga fungsi lain.

"Pakaian tradisional suku Yali mulai ditinggalkan dan hanya generasi tua yang menggunakan," kata
staf peneliti Balai Arkeologi Jayapura, Hari Suroto, Minggu (10/3/2013). Sedangkan generasi muda suku itu, ujar dia, lebih suka menggunakan pakaian modern berbahan kain.
Pakaian tradisional suku Yali, tutur Hari, adalah paduan antara koteka dan lingkaran rotan yang dililitkan ke badan. Bahan koteka, sebut dia, adalah buah labu panjang yang dikosongkan isinya kemudian dikeringkan dengan dijemur di atas perapian.
Setelah kering, labu tersebut dipasang di atas kemaluan lelaki suku Yali, dan diikat dengan tali rotan halus yang dililitkan di bagian pinggang hingga perut.
Arti dan fungsi lilitan rotan

Setelah kering, lanjut Hari, dipasang di atas kemaluan (testis) pria dan diikat dengan tali rotan halus yang dililitkan di bagian pinggang hingga perut. Dia menjelaskan lingkaran rotan di perut dan badan, juga menunjukkan tingkat keberanian seorang pria dari suku itu.

"Semakin banyak lingkaran yang dimilikinya, berarti semakin tinggi pula tingkat keberanian dan status yang dimilikinya itu," kata Hari. Karena, rota hanya tumbuh di luar daerah Yali. Orang Yali biasa menyebut rotan hanya tumbuh di daerah musuh, dan untuk memperolehnya harus menempuh risiko.
Lingkaran rotan dan koteka, juga bukan cuma pakaian dan perhiasan. Ada kegunaan lain dari pakaian tradisional ini, yaitu untuk membuat api. "Rata-rata pria Yali membuat api dengan menggunakan sebuah tali rotan sebagai korek api," tutur Hari.
Untuk membuat api, seorang suku Yali akan mengambil sepotong rotan dari pakaian mereka, kira-kira sepanjang 60 sentimeter. Rotan itu lalu dililitkan ke sepotong kayu yang diletakkan di atas tanah, dikelilingi dengan rumput dan dahan kering.
Lalu, lelaki itu akan berdiri, dengan masing-masing kaki menginjak ujung kayu. Dengan tangan, mereka kaan menarik tali rotan yang dililitkan tadi dengan cepat naik turun digesekkan ke kayu, sampai keluar asap, api mulai menyala, dan ujung tali putus terbakar. "Setelah itu, mereka menutupi kayu tersebut dengan rumput dan meniup sampai terjadi kobaran api yang besar," katanya.
Tak terdokumentasi
Hari mengatakan saat ini pakaian tradisional suku Yali belum terdokumentasi dengan baik. Museum di Papua maupun di Jakarta belum memiliki koleksi pakaian ini.
Menurut Hari, perlu penelitian mendalam serta pendokumentasian lengkap dan baik, dalam beragam metoda pendokumentasian, sebelum pakaian ini benar-benar punah. Penggunaan pakaian tradisional ini dalam festival budaya maupun pada hari besar nasional, tambah dia, juga dapat menjadi cara untuk melestarikan pakaian tersebut. (KR-ARG/Aditia Maruli)

Senin, 04 Maret 2013

Jurnalis perempuan dianiaya hingga kandungannya gugur

Wartawan Prempuan yang dianiyaiya. Foto: Ucanews
Kalimantam, SUARA INDEPENDEN - Seorang jurnalis TV lokal di Kalimantan Timur mengalami keguguran setelah digebuk oleh sekitar belasan orang ketika ia sedang meliput kasus sengketa tanah pada Sabtu (2/3) lalu.

Normila Sari Wahyuni, 23 tahun, jurnalis Paser TV mengaku, kandungannya yang berusia sebulan mengalami keguguran akibat peristiwa yang terjadi di Desa Rantau Panjang, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur ini.
Yuni (sapaanya),  yang pada hari Minggu dirawat di Rumah Sakit Panglima Sebaya di Tanah Grogot mengatakan sekelompok orang mencoba untuk menyita kameranya sebelum menyerang dia. Ia mengaku dipukul, pakaiannya dirobek dan kameranya dirampas.

“Saya diseret di seberang jalan seperti hewan setelah meliput. Kemeja dan celana  saya robek. Saya hamil satu bulan dan mengalami keguguran setelah tubuh saya, termasuk perut saya, ditendang oleh preman dan aparat desa. Mereka memperlakukan saya tidak manusiawi, ” katanya kepada ucanews.com hari ini.
“Saya telah mengatakan kepada mereka bahwa saya seorang wartawan dan menunjukkan ID pers saya … tapi mereka masih memukuli saya. ”

Yuni menjelaskan, setelah dipukul, kameranya diambil dan dilempar ke dalam kolam di dekatnya oleh pelaku.

“Kebetulan ada orang yang melewati jalan dan membawa saya ke rumah sakit,” katanya.
Terhadap kasus ini, pada hari ini, Senin (4/3), polisi secara resmi menetapkan Aliansyah, Sekretaris Desa Rantau Panjang, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur sebagai tersangka.

Kepala Bidang Humas Polda Kalimantan Timur, Komisaris Besar Antonius Wisnu Sutirta mengatakan, tersangka diduga turut menganiaya korban. Polisi masih terus menyidik untuk mencari pelaku lainnya.  “Kemungkinan pelakunya banyak orang,” kata Antonius.

Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Balikpapan Gunawan Wibisono mengatakan, pihaknya menilai kasus ini merupakan ancaman terhadap kebebasan pers dan berjanji akan terus mengawal proses hukum.

“Peristiwa ini tentu mencederai kebebasan pers, apalagi korbannya adalah perempuan yang sedang hamil. Kami akan memberi advokasi bagi Yuni”, katanya kepada ucanews.com, Senin (4/3).

Gunawan menjelaskan, dalam melaksanakan tugas, wartawan dilindungi Undang-Undang Pers, dimana bila ada pihak yang menghalangi tugas peliputan dapat terancam hukuman penjara 6 bulan serta denda sebesar 500 juta rupiah.

Namun, menurut dia, proses penyelesaian kasus ini perlu hati-hati karena berdasarkan hasil verifikasi AJI, ada dugaan kemungkinan terjadinya konflik kepentingan, berhubung orangtua Yuni adalah salah satu pihak yang terlibat dalam sengketa tanah ini.

“Karena itu, polisi mesti jeli juga untuk melihat hal ini. Meski demikian, tentu saja, pelaku harus dihukum, karena ini adalah ancaman serius bagi dunia pers”, tegasnya.

Menurut data AJI, tahun lalu terjadi 68 kasus kekerasan terhadap wartawan, meningkat dari 49 kasus pada 2011.


Sumber: indonesia.ucanews