Sejak Bangsa
Papua diintegrasikan kedalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), saat itu pulalah manusia Papua menghadapi
krisis sumber daya Manusia. Artinya bahwa, manusia Papua kehilangan identitas untuk tetap bereksistensi pada dirinya
sendiri.
Ibaratnya
Manusia Papua yang hidup di dunia semu. Dunia yang tak semestinya nyata. Togel
adalah salah satu contoh proses penciptaan bahwa kehidupan Papua berada dalam
dunia tidak nyata.
Sedikit cerita
ketika bersama Belanda saat itu. Belanda cukup menjawab hal itu dengan
memperdayakan orang asli Papua dengan berbagai keterampilan, pelayanan pendidikan
yang berpola asrama dan pelayanan kesehatan yang baik. Dan saya kira ini satu
contoh yang patut dicontoh untuk membangun manusia dan alam raya Papua.
Tetapi
Indonesia terhadap Papua hari ini tak menjawab hal itu. Manusia Papua pada
negerinya terbayang kehilangan identitas, apalagi menjawab krisis sumber daya
manusia untuk membangun Papua yang mandiri, damai dan bermartatabat.
Ketika kita
melihat paket Undang- Undang Otonomi Khusus Papua ( Otsus)
tahun 2001, Indonesia tak menjawab hal ini bagi Orang Papua.
Padalah, semestinya Otsus harus dilihat sebagai jalan tengah bagi orang Papua
dan Indonesia. Adanya pelayanan kesehatan yang baik, adanya pendidikan yang
baik dan adanya pemberdayaan orang asli
Papua melalui keterampilan yang baik. Namun realitas kini di Papua tak
menunjukan keberhasilan dari otsus itu sendiri.
Kini yang
ada di Papua hanya mengkrisiskan keadaan
untuk tak dapat maju, tak dapat berkembang dan lain sebagainya terhadap
Orang Papua terutama melalui proses penciptaan krisis sumber daya Manusia. Contohnya
seperti melalui pengilan pemekaran di
Papua. Hal ini menujukan bahwa, di lain sisi pemekaran mendatangkan krisis
sumber daya Manusia.
Hal ini
karena dengan adanya pemekaran tentu menyerap tenaga- tenaga terlatih dan
terdidik di daerah Pemekaran. Sementara masalahnya adalah sumber daya manusia
Papua belum di bangun secara tuntas.
Tugas
Masyarakat Papua
Kita telah
melihat sebuah kondisi di mana orang Papua dihidupkan di dalam dunia semu.
Dunia yang tidak nyata. Tetapi ini bukan berarti benang merah untuk pesismis. Tetapi,
di situ kita Orang Papua diajarkan untuk tetap bereksistensi terhadap konsisi
yang telah diciptakan oleh Indonesia terhadap orang Papua.
Ada pertanyaan
reflektif yang kira- kira musti dijawab secara pribadi oleh semua masyarakat
Papua. Apa yang bisa dilakukan oleh masyarakat Papua terhadap proses penciptaan
kondisi tersebut?
Bisakah
orang Papua sendiri tetap bereksistensi terhadap dirinya? Kemudian bisakah
setiap keluarga bisa mengusahakan makan- minum secara sendiri tanpa tergantung
dari proses penciptaan yang sedang berjalan?
Saya kira
ini kita musti refleksi supaya kita tidak termakan oleh proses penciptaan dunia
semu itu. Supaya dengan bereksistensi,
orang Papua terutama pada sisi sumber daya manusia dapat diadalkan oleh semua
pihak. Bukan lagi tergantung dan melemahkan karakter ke-Papua-an sehingga lupa
akan identitasnya, apalagi krisis sumber daya untuk misalnya membangun ekonomi
keluarga.
Misalnya
meminta pemerintah setempat untuk memfasilitasi soal pemberdayaan akan
menghangkat potensi local yang langsung berhadapan dengan lapagan. Selain itu, Masyarakat
Papua juga perlu mengusahakan makan minumnya sendiri tanpa tergantung pada
pemerintah dan terutama pendatang yang menguasai sendi- sendi ekonomi di Papua.
Apalagi konteks sekarang yang digilakan dengan pemekaran.
Tugas
Mahasiswa Papua
Proses pengkondisian
dalam kehidupan semu telah dan sedang berjalan di Tanah Papua. Ini menunjukan
kepada mahasiswa Papua untuk tidak tetap
tinggal diam dan membisu. Tetapi realitas ini ingin mengajak kita semua untuk
menjawab pertanyaan reflektif yakni, setelah selesai di kampus, saya akan buat
apa untuk Papua? Minimal dari jurusanku saya akan buat apa?
Saya kira
ini penting sekali untuk kita semua jabab sebagai orang asli Papua. Melihat
diri mahasiswa Papua sebagai agen perubah bagi Papua. Hal ini tentu sebuah
pertanyaan reflektif yang harus dijawab dari sekarang supaya ada langkah persiapan, langkah aksi dan langkah
fisishing yang kita boleh buat dari sekarang.
Contohnya,
ketika nantinya anda ingin menjadi wartawan. Tentu langkahnya adalah membeli
buku- buku yang berkaitan dengan dunia tulis- menulis. Kemudian selalu membaca
buku dan berusaha memberanikan diri untuk menulis dan lain sebagainya.
Contoh
lainnya, ketika anda ingin menjadi
wirausaha muda Papua, maka tentunya berproses dengan semua hal mengenai dunia wirausaha.
Hal ini
dimaksudkan untuk sekaligus menjawab sumber daya manusia Papua nantinya. Ketika
kita selesaikan di kampus, kita kembali membangun Papua. Ini satu jalan
eksistensi mahasiswa Papua kini. Supaya kita juga tidak terjebak oleh
pengkondisian krisis di Papua
Harapan
Papua ke Depan
Harapan ke depan,
orang Papua hari ini adalah Papua berada dalam kondisi yang mandiri, aman, dan
damai. Tidak berada dalam proses pengkodisian yang dibuat oleh Indonesia terhadap
Papua. Satu jalannya adalah apa yang bisa dibuat oleh masing- masing orang Papua
terhadap realitas yang sedang berkembang ini.
Orang Papua
harus reflektif terhadap realitas yang sedang berkembang. Bereksistensi untuk
menemukan ke-Papua-an yang ada dan akan ada itu. Supaya orang Papua menjadi pelaku di atas negerinya. Bukan lagi
objek dan terhanyut terhadap kehidupan semu yang telah dan sedang
diciptakan. Tetapi tetap berdiri dalam kehidupan nyata arang asli Papua.
Jhon Pekei adalah Mahasiswa Papua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar