Oleh: Jackson Ikomou*)
KATIKA itu pada, Selasa, 21 Januari 2014. Saya mendatangi sebuah warnet yang terletak di jalan raya lengkong besar bermasud untuk onlline jejaring social (Facebook). Ketika masuk, suasana di warnet itu dipadati belasan orang. Rupanya dalam warnet itu tersedia geme Playstation. Kemudian saya masuk diruangan ke-empat. Maka, pada awalnya saya buka akun facebook. Lalu saya mengunjungi sebuah grup facebook yang namanya “Forum Deiyai News”.
KATIKA itu pada, Selasa, 21 Januari 2014. Saya mendatangi sebuah warnet yang terletak di jalan raya lengkong besar bermasud untuk onlline jejaring social (Facebook). Ketika masuk, suasana di warnet itu dipadati belasan orang. Rupanya dalam warnet itu tersedia geme Playstation. Kemudian saya masuk diruangan ke-empat. Maka, pada awalnya saya buka akun facebook. Lalu saya mengunjungi sebuah grup facebook yang namanya “Forum Deiyai News”.
Ketika dibaca
beberapa postingan yang telah dipublikasikan, ternyata mengenai ide, gagasan, pendapat dalam grup
tersebut bikin saya kepala pusing. Namun
saya mengupdate status; ini statusku, “Mahasiswa Mee Yoka telalu
egois dan gensi tidak saling hargai antara satu sama dengan yang lain”. Hal ini
banyak pengguna yang tanggapi positif maupun negative.
Sebenarnya; saya
bermasud untuk memberikan kesadaran bagi pengguna, agar tidak terjadi
perdebatan dalam menggunakan social media. Bagi saya, “ Mau sadar atau tidak sadar kembali pada setiap Individu”.
“Sebenarnya saya bermaksud untuk mengingatkan
kepada setiap kita yang pengguna social media facebook.
Sebab penggunaan sosial media pada saat ini menimbulkan dampak negative dan positif bagi
pengguna. Namun ditegaskan kepada para pengguna
social Media perlu mempertimbangkan lebih awal ketika posting sesuatu di
jejaring social Media. Jika mau posting
hal yang baik dan bahkan untuk membangun bagi, kita perlu diposting.
Agar kami membagi informasi kepada
komunikan.
Lebih parah lagi
para penguna jejaring social (Facebook) yang menggunakan nama sabaran atau
palsu. Kadang mereka ini menimbulkan
perdebatan dalam facebook. Sehingga terjadi hal-hal yang tidak diinginkan oleh
individu lain. mestinya tidak perlu ditanggapi serius semua komentar-komentar
yang tulis oleh penggunan facebook yang identitasnya tidak jelas.
Diharapkan,
dewasa dalam menyikapi semua pemberitaan yang diedarkan melalui jejaring social
bahkan melalu media onlinne. Kadang terjadi pembohongan public. Dan mereka yang
publikasi pemberitaan-pemberitaan tersebut identitasnya tidak jelas.
Seperti: Yubi
Fourbi yang selalu publikasikan kinerja
UP4B dalam Grup facebook. Dia itu salah satu actor yang mengotori Grup-Grup
yang dibuka oleh Generasi Bangsa Papua. Maka disampaikan kepada kitorang semua
perlu out pace Yubi Fourbi dari grup-grup yang Ia sudah gabung.
Orang-orang yang identitas tidak jelas, jangan ditanggapi serius atau perlu diblokir dari
pertemanan facebook. Seperti, Yubi Fourby yang identitasnya tidak jelas.
Sosial Media
Perlu Digunakan Untuk Belajar dan Transpormasi
Kita ketahui
bersama bawah keberhasilan masyarakat Mesir menjungkalkan pemimpin diktator
yang telah berkuasa selama 30 tahun, Hosni Mubarak, bisa dikatakan sebagai buah
kemenangan media sosial.
Aksi jalanan
yang kini mengubah peta perpolitikan global di Timur Tengah itu, sedikit banyak
tak bisa dilepaskan dengan gerakan yang dirintis melalui dunia maya, termasuk
melalui Facebook.
Dalam sebuah
wawancaranya dengan CNN, tokoh kunci gerakan oposisi Mesir yang juga seorang
eksekutif Google, Wael Ghonim, mengatakan bahwa semuanya dimulai dari gerakan
online. "Revolusi ini dimulai dari Facebook," kata Ghonim. Ghonim
yang menjabat sebagai Head of Marketing Google untuk Timur Tengah dan Afrika
Utara, dan tinggal di Dubai UEA.
Ghonim
menceritakan, ia memulai gerakan oposisi di Facebook pada Juni 2010. Masyarakat
Mesir tentu masih ingat bahwa pada 6 Juni 2011, seorang blogger Mesir bernama
Khaled Said tewas mengenaskan karena dianiaya polisi Mesir.
maka kita perlu
belajar tata cara menggunakan social media. agar persoalan yang sedang menimpa
Tanah Papua dapat dilihat oleh public Dunia. Sebab, kita sudah ketahui bersama
tekait kondisi yang terjadi.
Bahkan, aksi nyata pun kita terus tingkatkan dalam
proses perjuangan ini. Sesuai dengan apa yang kita rasakan, dilihat dan
dialami. Lalu dipublikasi hasil kerta nyata yang telah kita lakukan.
Kemudian perlu
di pertimbangkan lebih awal, sebab apa yang kita publikasi jangan sampai
terjadi pembohongan publik.
Namun dalam hal
menggunakan Sosial Media bahkan Media Online. Guru Jurnalisme Sastrawi
Indonesia, Andreas Harsono mengatakan, Berpikir dewasa dalam publikasikan
berita dalam jejaring Sosial. Sebab ketika diposting akan dikunjungi dari
mana-mana bahkan public di Dunia, “Ujar Mantan Direktur Yayasan Pantau itu
disela-sela mengajar Jurnalisme Satrawi angkatan 22.
Ketika saya
mendengar perkataan Tuan Andreas saya
menyadari, sebab selama ini saya salah satu pengguna jejaring social
menggunakan tanpa disadari bahkan tidak pada sasaran tetapi kemaungan sendiri.
Sebuah harapan yang disampaikan kepada saya merupakan sebuah bekal dalam
menggunakan jejaring Sosial sekarang dan kedepan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar