Densus 88 Anti teror yang sedang beroperasi di Papua |
JAKARTA, RIMANEWS - Kepolisian disebut berencana mengintensifkan
peranan Densus 88 Antiteror di Papua setelah semakin memanasnya situasi
di Papua. Upaya itu dinilai harus dibatalkan lantaran bakal menambah
masalah di Papua.
"Ada upaya sejumlah elite Polri untuk mengintensifkan peranan Densus
88 di Bumi Cenderawasih," kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch
Neta S Pane di Jakarta, Sabtu (16/6/2012).
Neta mengatakan, rencana mengintensifkan peranan Densus 88 Antiteror
terlihat dari adanya upaya menjadikan pejabat Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme Inspektur Jenderal Tito Karnavian sebagai
Kepala Polda Papua. Neta menolak rencana itu karena persoalan di Papua
bukanlah masalah terorisme, melainkan masalah kesenjangan sosial ekonomi
yang berkepanjangan. Jika Papua menjadi daerah operasi Densus 88, Neta
menilai tindakan represif dengan menggunakan senjata api bakal
dikedepankan.
"Padahal, yang dibutuhkan Papua saat ini adalah pola-pola persuasif,
dialog, dan pendekatan sosial. Polri harus kedepankan dan maksimalkan
peranan pembinaan masyarakat dan intelijen untuk melakukan deteksi dan
antisipasi situasi," kata Neta.
"Jika Polri memaksimalkan Densus, IPW khawatir akan terjadi
perlawanan sengit dari rakyat Papua. Era DOM (daerah operasi militer)
Timor-Timur versi baru akan terjadi di Papua. Pihak asing bukan mustahil
akan memanfaatkannya hingga Papua lepas dari NKRI seperti Timor-Timur,"
kata Neta.
Ketua Dewan Direktur Lembaga Kajian Publik Sabang-Merauke Circle
Syahganda Nainggolan menegaskan, pemerintah tidak layak menjadikan Papua
sebagai daerah operasi Detasemen Khusus (Densus) 'Anti Teror' 88 Polri.
"Langkah itu hanya akan membuat kemelut persoalan Papua semakin
keruh di samping menyebabkan masa depan situasi keamanannya malah tidak
terkendali," katanya di Jakarta, Sabtu (16/6/2012). Pernyataan itu
disampaikan untuk menanggapi rencana pemerintah menjadikan Papua sebagai
daerah operasi Densus 88 Anti Teror.
Syahganda melanjutkan, kalau Presiden SBY menginginkan kondisi dan
rasa aman masyarakat Papua terpulihkan, pilihannya jangan mengirim
pasukan Densus 88. Sebab, ini bukan ladang tepat untuk operasi
peperangan bagi Densus 88, yang karakternya spesifik hanya untuk
memerangi para teroris.
Persoalan di Papua, menurut Syahganda, bersifat kompleks dengan akar
utamanya adalah kesejahteraan dan pemenuhan aspek keadilan. "Jadi
dengan ribuan aparat keamanan yang kini ada di Papua, baik Polri maupun
TNI, sebenarnya terbilang cukup memadai sejauh langkah-langkahnya
terfokus secara profesional pada pengupayaan damai warga Papua,"
ujarnya.[kmps]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar