PAPUA (VoA-Islam) - Di Papua, dulu orang kampung tidak tahu miras. Adanya jalur transportasi, mendorong orang datang ke kampung berdagang miras. Walaupun harganya mahal, mencapai ratusan ribu/botol. Namun, tetap laku keras, mereka ingin merasakan pengaruh yang datang dari kota besar, seperti miras.
Mereka, terutama kelompok muda meninggalkan kebun, ternak dan kebiasaan hidup tentram di kampung. Mereka mengimpikan kota. Ingin sama seperti orang kota. Mereka berbondong datang ke kota tanpa tujuan apapun, sekedar jalan-jalan datang hidup berfoya-foya di kota yang baru berkembang.
Hingga kini, miras menyebabkan penyakit kanker yang lama kelamanan secara perlahan mematikan masyarakat. Dampak dari alkohol, di negara-negara koloni atau negara-negara yang dijajah dapat ditemukan, bahwa alkohol itu salah satu alat untuk membunuh orang yang dijajah. Para penjajah (kolonialisme) mematikan fisik dan fisikis orang yang dijajah. Tentu ini dilakukan demi kepentingan politik (menguasai) dan ekonomi (barang). Indian dan suku Aborigin misalnya, mereka terbukti menjadi suku minoritas di negeri mereka sendiri.
Menyadari akan bahaya miras yang berdampak buruk pada masa depan anak cucu mereka, ratusan perempuan Mimika yang tergabung dalam Jaringan Perempuan Mimika (JPM) menggelar demo menolak peredaran miras di Mimika, Papua. Ratusan perempuan itu membawa puluhan poster dan spanduk, antara lain bertuliskan “Miras Jahat”, “Jangan Bunuh Anak Cucu Kami dengan Miras”, dan “Miras Bukan Adat Orang Papua”. “Banyak kekerasan terjadi karena Miras”. (TEMPO Interaktif,Jum’at, 02 Maret 2007).
Masyarakat Papua menyadari, miras dapat menyebabkan kegaduhan dan perkelahian, bahkan sampai menghilangkan nyawa manusia, sesama etnis hingga keluarganya sendiri.
Pejabat pemerintahan di Papua berkomitmen, untuk tidak akan menerbitkan perijinan masuknya miras ke Papua, dalam upaya pencegahan tingginya kasus tindak kriminal. Diakuinya, tingginya angka kasus HIV/AIDS dan peredaran gelap Narkoba di Papua, berawal dari konsumsi miras. Karena miras adalah pemicu tindakan kriminal, tak terkecuali peredaran gelap Narkoba yang berujung pada kasus HIV/AIDS.
Sedangkan kaitannya dengan HIV/AIDS, seseorang dalam kondisi mabuk, sebagian besar melakukan hubungan seks yang tidak aman atau tidak memakai pelidung (kondom). Hal demikian, tentunya menjadi pemicu penyebaran HIV/AIDS di Papua, yang setiap tahunya meningkat secara terus menerus di Papua.
Jumlah ODHA yang sudah terdata mencapai kurang lebih 3.377 jiwa. Kebanyakan dari mereka adalah, anak muda dengan usia produktif. Jika hal ini dibiarkan, bukan tidak mungkin, etnis dan kultural orang Papua akan mengalami kepunahan. Sebuah petuah di Papua mengatakan, “Pace mace kalu cinta Papua, stop mabuk sudah!”
Menurut penelitian yang dilakukan, sebagian besar pengkonsumsi Narkoba, sebelumnya mengkonsumsi miras. Dengan demikian, maka miras adalah pemicu berbagai tindak kejahatan yang seharunya diberantas. Pemerintah setempat tidak berniat untuk mengeluarkan perizinan miras, karena itu salah satu upaya kita untuk menekan angka-angka tingkat kejahatan, termasuk peredaran Narkoba dan kasus HIV/AIDS di Papua. (”http://www.papua.go.id/berita.php/id” 12 May 2006).
Miras Pembunuh Karakter
Miras terbukti telah merusak karakter, pola pikir dan jiwa orang Papua. Orang Papua saat ini sulit bersaing dengan masyarakat lain dari luar Papua yang seolah-olah lebih maju dalam berpikir. Saat ini di Papua secara sosial ekonomi mereka tetap miskin dan minoritas di negerinya sendiri. Bisa jadi, karakter Papua yang sebenarnya adalah pekerja keras. Hidup melawan lebatnya hutan, derasnya sungai dsb, kini menjadi malas. Itu disebabkan, adanya kontak dan masuknya budaya negatif dari luar, yaitu pengaruh miras. Terlebih, sekarang banyak kelompok anak muda lebih doyan kumpul-kumpul sambil minum-minum minuman keras.
Ironisnya lagi, di Papua, ada anak pejabat yang sukanya mentraktir minuman keras berkarton-karton biar dia mendapat pengakuan dari temam-teman mereka.
Kaum Aborigin tidak akan keluar dari lingkaran kemiskinan dan Alkholisme terkecuali ada usaha dari mereka sendiri.Jelas, alkohol sangat membunuh tradisi dan nyawa masyarakat asli seperti yang terjadi di Papua, Aborigin dan suku-suku asli lain di dunia
Maka, anak muda Papua harus sadar dengan bahaya ini. Minuman keras itu membunuh fisik (tubuh) kita dan mental (cara berpikir) kita. Mari kita lawan bersama. Kalau Anda tidak beli dan tidak minum miras, maka Anda sedang melawan minuman keras dan menyelamatkan diri dan bangsanya, Papua. (Desastian/dbs)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar