Minggu, 16 Desember 2012

Lestarikan Peradaban Melalui Bahasa

Bisakah kita tidak berbahasa sehari saja? Saya kira itu pasti tidak akan pernah terjadi dan tidak akan ada yang bisa hidup tanpa bahasa. Karena bahasa tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia. karena bahasa menurut fungsinya, bahasa juga bisa digunakan untuk berkomunikasi dan berinteraksi.

Pada kenyataannya, bahasa tidak bisa dilepaskan dari budaya dan masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut. Dengan mempelajari bahasa, maka secara tidak langsung kita memelajari budaya dan masyarakat penggunanya baik dari dialek, tingkah laku, sampai pada gaya hidupnya agar menyelaraskan dengan penggunaan bahasanya.

Ada sebuah adagia yang menyatakan bahwa “jika kamu ingin membunuh suatu bangsa, maka bunuhlah dulu bahasanya. Dengan cara itulah maka bangsa tersebut kehilangan identitas aslinya”. Jika suatu bangsa tidak mempunyai identitas, maka bangsa tersebut sudah hilang eksistensinya sebagai bangsa yang mempunyai identitas tersendiri. Bagaimana tidak bahwa bahasa bukan identitas? Perhatikan ketika orang menggunakan bahasa tertentu. Mereka menggunakannya dengan berbagai macam dialek, penekanan, bahkan tata tingkah perilaku yang ada pada budaya bahasa tersebut sehingga menjelma menjadi sebuah kebudayaan yang benar-benar mendarah daging pada masyarakat budaya terntentu.

Pernahkah kita mengingat sejarah bahasa zaman dahulu yang sudah musnah? Berapa banyak bahasa yang dulu musnah? Banyak bahasa yang musnah karena sedikit penggunanya, sulit dipelajari, dan tidak dilestarikan karena generasi masyarakat pada zaman tersebut lebih memilih menggunakan bahasa yang lain dengan alasan (mungkin) kebanggaan. Namun apakah yang terjadi? Bahasa tersebut musnah dan terkubur bersama budaya-budaya yang melekat pada bahasa tersebut, tak pernah ditemukan kembali juga tak ada yang mengerti apa arti dari bahasa yang musnah tersebut.
Krisis bahasa juga sedang terjadi di negeri Indonesia ini. Khususnya pada bahasa daerah yang lama-lama jika dibiarkan tidak dilestarikan, tidak digunakan akan musnah juga beserta budayanya sehingga masing-masing daerah tidak mengetahui secara gamblang bagaimana latar belakang mereka dan identitas asli bangsa mereka. Menurut sebuah sumber, total bahasa daerah yang dimiliki Indonesia ada sekitar enam ratus lebih bahasa yang ada. Namun kini, tinggal berapa yang tersisa? Hanya berada di kisaran tiga ratus-an bahasa yang masih ada, sebagian sudah punah dan tidak dimengerti keberadaannya.

Lihatlah generasi muda zaman sekarang, yang lebih bangga menggunakan bahasa asing daripada menggunakan bahasa daerah atau bahasa Indonesia, bahasa kita sendiri. Mengapa bisa terjadi demikian? Tengoklah anak-anak kecil yang sekarang sedang berada di jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Mereka lebih didahulukan untuk mempelajari bahasa Inggris ketimbang bahasa ibunya sendiri. Sehingga mereka kurang tertanam rasa bangga atas bahasa dari bangsa yang telah melahirkan dirinya. Pantaslah jika ketika mereka beranjak dewasa, mereka lebih suka kebudayaan barat daripada kebudayaan bangsanya sendiri. Mereka lebih berbangga dengan makanan luar negeri daripada makanan dari negerinya sendiri. Padahal sudah jelas, makanan mana yang lebih baik dan lebih menyehatkan untuk diri mereka sendiri.

Maka dari itu, marilah kita menjaga jati diri kita dengan menggunakan bahasa kita. Berbangga hatilah dengan bahasamu sendiri karena itulah jati diri kita yang sebenarnya kita miliki. Indonesia merupakan sebuah peradaban yang seharusnya kita pelihara. Karena ada sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa tak ada peradaban yang eksis di mata dunia, apabila telah hilang kekhasan dan kebanggaannya terhadap peradaban itu sendiri.

Akankah kita rela dimusnahkan oleh bangsa lain melewati bahasa yang kita gunakan? Saya kira itu merupakan hal yang sangat memprihatinkan. Setelah tulisan melayu yang asalnya kita pergunakan telah terdegradasi oleh tulisan latin –karena ketika penyeragaman, hanya dua negara yang mengubah tulisan asalnya yaitu Indonesia dan Turki sedangkan negara lain masih bersikukuh dengan tulisan kebanggaannya sendiri.

Jika kondisi seperti ini terus berkelanjutan. Bisa-bisa bahasa dan eksistensi peradaban kita yang sebenarnya akan musanah ditelan zaman. Bukankah para pemuda zaman dahulu telah bersumpah dalam Kongres pemuda yang salah satu point nya “Kami putra-putri Indonesia berbahasa satu, bahasa Indonesia”?

Sumber:  http://sosbud.kompasiana.com/2012/09/18/lestarikan-peradaban-melalui-bahasa/

Tidak ada komentar: