Bisakah
kita tidak berbahasa sehari saja? Saya kira itu pasti tidak akan pernah
terjadi dan tidak akan ada yang bisa hidup tanpa bahasa. Karena bahasa
tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia. karena bahasa menurut
fungsinya, bahasa juga bisa digunakan untuk berkomunikasi dan
berinteraksi.
Pada
kenyataannya, bahasa tidak bisa dilepaskan dari budaya dan masyarakat
yang menggunakan bahasa tersebut. Dengan mempelajari bahasa, maka secara
tidak langsung kita memelajari budaya dan masyarakat penggunanya baik
dari dialek, tingkah laku, sampai pada gaya hidupnya agar menyelaraskan
dengan penggunaan bahasanya.
Ada
sebuah adagia yang menyatakan bahwa “jika kamu ingin membunuh suatu
bangsa, maka bunuhlah dulu bahasanya. Dengan cara itulah maka bangsa
tersebut kehilangan identitas aslinya”. Jika suatu bangsa tidak
mempunyai identitas, maka bangsa tersebut sudah hilang eksistensinya
sebagai bangsa yang mempunyai identitas tersendiri. Bagaimana tidak
bahwa bahasa bukan identitas? Perhatikan ketika orang menggunakan bahasa
tertentu. Mereka menggunakannya dengan berbagai macam dialek,
penekanan, bahkan tata tingkah perilaku yang ada pada budaya bahasa
tersebut sehingga menjelma menjadi sebuah kebudayaan yang benar-benar
mendarah daging pada masyarakat budaya terntentu.
Pernahkah
kita mengingat sejarah bahasa zaman dahulu yang sudah musnah? Berapa
banyak bahasa yang dulu musnah? Banyak bahasa yang musnah karena sedikit
penggunanya, sulit dipelajari, dan tidak dilestarikan karena generasi
masyarakat pada zaman tersebut lebih memilih menggunakan bahasa yang
lain dengan alasan (mungkin) kebanggaan. Namun apakah yang terjadi?
Bahasa tersebut musnah dan terkubur bersama budaya-budaya yang melekat
pada bahasa tersebut, tak pernah ditemukan kembali juga tak ada yang
mengerti apa arti dari bahasa yang musnah tersebut.
Krisis
bahasa juga sedang terjadi di negeri Indonesia ini. Khususnya pada
bahasa daerah yang lama-lama jika dibiarkan tidak dilestarikan, tidak
digunakan akan musnah juga beserta budayanya sehingga masing-masing
daerah tidak mengetahui secara gamblang bagaimana latar belakang mereka
dan identitas asli bangsa mereka. Menurut sebuah sumber, total bahasa
daerah yang dimiliki Indonesia ada sekitar enam ratus lebih bahasa yang
ada. Namun kini, tinggal berapa yang tersisa? Hanya berada di kisaran
tiga ratus-an bahasa yang masih ada, sebagian sudah punah dan tidak
dimengerti keberadaannya.
Lihatlah
generasi muda zaman sekarang, yang lebih bangga menggunakan bahasa
asing daripada menggunakan bahasa daerah atau bahasa Indonesia, bahasa
kita sendiri. Mengapa bisa terjadi demikian? Tengoklah anak-anak kecil
yang sekarang sedang berada di jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Mereka
lebih didahulukan untuk mempelajari bahasa Inggris ketimbang bahasa
ibunya sendiri. Sehingga mereka kurang tertanam rasa bangga atas bahasa
dari bangsa yang telah melahirkan dirinya. Pantaslah jika ketika mereka
beranjak dewasa, mereka lebih suka kebudayaan barat daripada kebudayaan
bangsanya sendiri. Mereka lebih berbangga dengan makanan luar negeri
daripada makanan dari negerinya sendiri. Padahal sudah jelas, makanan
mana yang lebih baik dan lebih menyehatkan untuk diri mereka sendiri.
Maka
dari itu, marilah kita menjaga jati diri kita dengan menggunakan bahasa
kita. Berbangga hatilah dengan bahasamu sendiri karena itulah jati diri
kita yang sebenarnya kita miliki. Indonesia merupakan sebuah peradaban
yang seharusnya kita pelihara. Karena ada sebuah pernyataan yang
mengatakan bahwa tak ada peradaban yang eksis di mata dunia, apabila
telah hilang kekhasan dan kebanggaannya terhadap peradaban itu sendiri.
Akankah
kita rela dimusnahkan oleh bangsa lain melewati bahasa yang kita
gunakan? Saya kira itu merupakan hal yang sangat memprihatinkan. Setelah
tulisan melayu yang asalnya kita pergunakan telah terdegradasi oleh
tulisan latin –karena ketika penyeragaman, hanya dua negara yang
mengubah tulisan asalnya yaitu Indonesia dan Turki sedangkan negara lain
masih bersikukuh dengan tulisan kebanggaannya sendiri.
Jika
kondisi seperti ini terus berkelanjutan. Bisa-bisa bahasa dan
eksistensi peradaban kita yang sebenarnya akan musanah ditelan zaman.
Bukankah para pemuda zaman dahulu telah bersumpah dalam Kongres pemuda
yang salah satu point nya “Kami putra-putri Indonesia berbahasa satu,
bahasa Indonesia”?
Sumber: http://sosbud.kompasiana.com/2012/09/18/lestarikan-peradaban-melalui-bahasa/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar