“APARAT TNI & POLRI MENEMBAK
MATI 5 SISWA SMU, 1 MAHASISWA; 2 SISWA SD, 2 SISWA SMP (LUKA TEMBAK) SERTA 13 MASYARAKAT
DAN MAHASISWA (LUKA TEMBAK).
Massa aksi Damai yang bergabung dalam Koalisi Peduli Ham Papua, di Jakarat Pusat. (FOTO/MG) |
Aktivis
Papua Marthen Goo, mengatakan, Kekerasan selalu terjadi di Papua sejak 1960-an
hingga kini. Kali ini, Aparat Gabungan (TNI/Polri) kembali melakukan penembakan
terhadap 5 Siswa SMU, 1 Mahasiswa; 2 Siswa SD, 2 Siswa SMP serta 13 masyarakat
dan mahasiswa di Paniai, Papua, 8/12/2014.
Namun.
lanjutnya, Pada pukul 00.15WIT, Aparat (Timsus 753) sebelumnya menyiksa
Yulianus sampai mati, dan membongkar pondok Natal dengan berkata “Di sini tidak
ada TUHAN Yesus dan Bunda Maria, bongkar saja pondok Natal”.
Keesokan
harinya, masyarakat berbondong-bondong mendatangi Koramil TNI di Enaro untuk
meminta pertanggungjawaban atas penyiksaan dan penganiayaan Yuli serta meminta
pertanggungjawaban atas dibongkarnya pondok natal dan dikeluarkannya bahasa
negative tentang TUHAN yang disembah umat Kristiani.
Sayangnya,
Kata Marthen, kedatangan masyarakat
justru disambut tembakan brutal oleh TNI dan Polri. Korban pun berjatuhan.
Sementara, Kapolres Paniai, Humas Polda Papua, dan Kepala Pusat Penerangan TNI
menstigma kejahan kemanusiaan dengan dugaan OPM dan Kriminal. Stigmatisasi ini
kata kunci yang selalu dipakai oleh TNI dan Polri untuk membantai dan membunuh
rakyat Papua. Puluhan ribu rakyat dibunuh sejak 1960-an, dan kata kunci sebagai
upaya legalitas adalah Stigmatisasi, “Jelasnya.
“Orang
Papua tidak ada lagi hak hidup di Indonesia. Kehidupan orang Papua sangat
terancam di Indonesia. Karenanya, kami membutuhkan suara semua pemerhati
kemanusiaan untuk memperjuangkan hak hidup orang Papua yang jumlah orang Papua
tidak lebih dari 1 juta, yang kini diambang kepunahan karena kekerasan dan
kejahatan kemanusiaan , “Tutur Goo.
“Kami
juga mendesak kepada PBB agar PBB Segera melakukan Perlindungan atas upaya
Pemusnaan terhadap Orang Asli Papua di Papua.
(Jackson Ikomouw)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar