Noken dari tidak kenal menjadi terkenal dan dikenang terus oleh anak noken di seluruh tanah Papua maupun diluar tanah Papua. Karena mereka terlahir dalam komunitas noken dan hal ini tidak bisa pungkiri atau bantah karena leluhur orang papua sangat menyatu dengan noken. Hanya sekarang, harus bagaimana dari kita untuk menyelamatkan dari kepunahan karena sudah menjadi warisan budaya dunia.
Noken warisan dunia menjadi
semangat bersama untuk penyelamatan, pelindungan dan pengembangan berbagai
warisan budaya leluhur seperti karya budaya noken kehidupan yang sangat beragam
namun terus diperkaya menyambut hari esok yang gemilang. Noken adalah wadah
atau tempat focus diri sebagai aikon mata budaya Papuani dari tanah papua,
Indonesia dan dunia. Noken Papua mendunia dari paris dan kembali membumi di
tanah Papua itu baik kalau disambut baik oleh seluruh komponen anak dat sebagai
bagian dari masyarakat adat di tujuh wilayah adat tanah Papua.
Peta Papua |
Markas UNESCO PARIS, 4 Desember 2012 kini memasuki I Tahun Hari Noken - tanggal 4 Desember 2013 ... Noken kehidupan sudah menyatu dengan alam dan manusia tanah Papua. Komunitas kebudayaan dunia sebagai keanggotaan unesco pernah membahas dan menyatupun sedang kenang bahwa Noken warisan budaya takbenda yang memerlukan perlindungan mendesak karena "noken sedang menuju kepunahan – mari selamatkan noken kehidupan agar tetap hidup bersama manusia noken – ayo mari merajut dan menganyam kebersama kIta, tetapi ingat - tanpa merobek dan merusak noken kehidupan jati diri orang asli Papua ..... selamat menyongsong hari noken pertama bagi alam dan manusia penghuni pulau alam tanah Papua.
Ketika itu, Hari Selasa 4 Desember 2012,
Jam 10.30 Waktu Paris, di Markas UNESCO dalam suasana yang dingin namun dalam
ruang siding dalam penuh kehangatan tetap membahas
tanpa hambatan dipimpin oleh pimpinan sidang atau presiden sidang asal Grenada ketika
itu. Pembahasan ketika itu aman dan lancar tanpa hambatan hingga menetapkan
Noken sebagai Warisan Budaya Takbenda dalam daftar yang memerlukan perlindungan
mendesak, menurut Konvensi 2003, pasal 18. Konvensi 2003 menjadi landasan hukum
dan berasarkan itu ditetapkan agar menjadi tangggung jawab komunitas kebudayaan
sekalipun dalam pelindungan dan pengembangan warisan budaya takbenda ini akan
kembali kepada upya dari negara pihak dalam hal ini kepada pemerintah
Indonesia.
Implementasi atau pelaksanaan konvensi 2003 tentang warisan budaya
takbenda, keterkaitan dengan noken pun sudah tercatat dan tersirat dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda yang
Memerlukan Pelindungan Mendesak (Pasal 17 Konvensi 2003). Untuk itu
memiliki beberapa penjelasan sebagai upaya tindak lanjut sebagai keseriusan
oleh, dari negara pihak itu sendiri yaitu :
(1) Dengan maksud mengambil
tindakan yang tepat untuk melindungi, Komite akan membuat, memelihara dan
menerbitkan Daftar Warisan Budaya Takbenda yang Memerlukan Pelindungan Mendesak
dan akan mencantumkan warisan pada daftar tersebut atas permohonan Negara Pihak
yang bersangkutan; (2) Komite akan merancang kriteria untuk pembuatan,
pemeliharaan dan publikasi Daftar tersebut, dan mengajukannya kepada Majelis
Umum untuk mendapatkan persetujuan; (3) Dalam keadaan yang sangat mendesak,
yang kriteria objektifnya akan disetujui oleh Majelis Umum atas usulan Komite,
Komite boleh mencantumkan jenis warisan yang bersangkutan pada Daftar yang
disebut pada ayat (1), setelah berkonsultasi dengan negara Pihak yang
bersangkutan.
Hasil
kemahiran ini menjadi mata budaya yang dihasilkan oleh masyarakat adat di tanah
Papua dan untuk itu dikenal menjadi karya budaya yang memenuhi hidup dengan
tiga prinsip yaitu (1) keunikan, (2) kekhasan dan (2) tidak tergantikan atau
tiada duanya. Kenapa demikian, ilmu noken rajut atau ilmu noken anyam yang tergolong
benda alam namun menjadi wadah atau tempat yang berwujud dalam kehidupan. Baik
dari proses memilih bahan baku, memproses bahan baku hingga memulai untuk
merajut atau menganyam menurut kemahiran kerajinan tangan masyarakat Papua
terutama perajin mama-mama noken di seluruh tanah Papua ini. Mengapa mama-mama
noken yang bisa merajut dan menganyam adalah sesuai kerendahan diri dengan
segala tumpuhan perasaan sebelum menghadirkan noken tanpa melakukan perencanaan
desain tetapi dibuat secara alami dengan alam pikir dirinya.
Kemahiran kerajinan
tangan mama-mama noken di seluruh tanah Papua menggambarkan kehidupan dirinya
dengan melalui cara merajut dan/atau menganyam dengan berpijak pada alam.
Ketika itu, kemampuan dirinya pun polos untuk terus merajut dan menganyam kehidupan
manusia itu sendiri melalui anak-anak yang mereka lahirnkannya.
Pada akhirnya
noken dikenal sebagai mata budaya yang terus menuntut dalam kehidupan baik
dalam suka dan duka akan bertindak sebagai pelengkap diri yang akan menyatu dan
sulit memisahkan antara manusia dan noken yang dikenal hal potensi alam akan
menjadi penguat dan perekat hubungan dalam kehidupan sehari-hari dari waktu ke
waktu. Kenapa diyakini penguat kehidup sedangkan noken dihasilkan oleh
mama-mama noken yang secara fisik mereka lemah lembut, tidak berotot penuh
kasih saya dan murah hati secara apa adanya dengan tampil keibuan menjadi satu
semangat bersama noken pemersatu kehidupan generasi yang mereka melahirkan
dalam mempertahakan keturunan dari suaminya dalam masyarakat hukum adat yang
menganut partrilineal di tanah Papua. Kini di pimpin oleh anak-anak mama noken
lalu apa sikap mereka dan apa tanggapan mereka dengan eberpihakannya.
Salam Noken
kehidupan.
Penulis adalah Penggagas & Peneliti Nominasi Noken Papua ke Dunia Internasional atau UNESCO dari Ekologi Papua Institute
Tidak ada komentar:
Posting Komentar