(Sebuah Catatan untuk bahan renungan)
Oleh: John NR Gobai*)
Pengantar
Daerah paniai baru dikenal oleh pihak luar sejak
datangnya rombongan P.Tilemans ke daerah modio, mapia untuk memenuhi
undangan ,Auki tekege bertemu pater tilemans, Msc dikokonao dan telah
meminta untuk membangun daerah paniai. tawaran auki tekege itu dikabulkan
tilemans Setelah ada Misi Katolik rombongan
Pater Tillemans, melakukan kunjungan dengan seorang Antropolog Fisik
DR.Bijlmer ke daerah Suku Ekagi/Mee kembali ke Kokenau dan melaporkan
perjalanan kepada Pimpinan Gereja di Langgur (Ambon) dan Pemerintah
Hinda Belanda bahwa dipedalaman Paniai ada manusia (karena menurut orang
saat itu daerah pegunungan tidak ada manusia). Laporan itu diketahui
Assisten Residen Fakfak dan Bestuur Assisten di Kaimana dan meminta
Pilot Letnan Dua Laut Ir. F. Jan Wissel untuk menelusuri daerah Pegunungan.
Pada awal bulan Februari 1937 Pilot Wissel terbang dari Utara (Serui
= Geelvink) ke arah Selatan (Babo) menggunakan
pesawat Sikorsky milik perusahaan Nederlands Nieuw
Guinea Petroleum Maatschapij (NNGPM) dan menemukan tiga buah danau
dan perkampungan disekitar danau itu. Sejak saat itu Danau Paniai, Danau
Tage dan Danau Tigi dikenal Wisselmerren (bahasa Belanda artinya danau-danau
Wisel).
Saat Pilot F.J.Wisel dengan pesawatnya
sedang dilaksanakan sebuah Pesta Yuwo (Pesta babi dalam tradisi Suku
Mee/Ekagi) yang dihadiri oleh ribuan orang dari Kampung-kampung dalam
wilayah adat suku mee/ekagi, di Kampung Enagotadi sebuah kampung dipinggiran
Danau Wisel. Oleh karena peristiwa itu maka Danau-danau ini serta manusianya
dikenal oleh dunia luar Selanjutnya Danau-danau ini di beri nama Wiselmeeren,
untuk menunjukan bahwa tempat ini pertama kali di lihat oleh Pilot F.J
Wisel. Padahal sebenarnya orang meeuwodide lain seperti Auki Tekege,
Ikoko Nokuwo telah lebih dahulu kontak dengan Tilemans di daeah mimika.
Pemerintah hindia belanda menjadikan papua bagian
dari keresidenan maluku yang berkedudukan ambon dan membagi papua menjadi
2 (dua) wilayah Afdeling (bagian) yang masing-masing dikuasai
oleh Kontrolir Belanda. Bagian utara dinamakan afdeling Noord Guinea
yang meliputi wilayah Jamurba (Kaap de Guide Hoop) dan wilayah humold
(wilaya jayapuraserang) dan kontralir penguasa ditemukan di manakwari,
kontrolir penguasa daerah west on zuid Niew Guinea di Fak-fak
dan menguasai daerah Irian Barat mulai dari Jamursba dari arah
selatan menyusur kearah barat dan timur sampai ke perbatasan daerah
jajahan inggris (PNG).
Dengan demikian daerah tingkat II Paniai lama, dulu
masuk ke Noord Niew Guinea kekuasaan Kontrolir West On zuid Niew
Guinea yang berkedudukan di Fak-fak
Orang Non Meeuwo
di Meeuwodide
Pdt. R. A. Jaffaray mengutus Pdt. Walter Post dan
Pdt. Russel Dabler untuk merintis daerah pedalaman Paniai. Sesampai
di Uta mereka berdua dijemput Yineyaikawi Edowai dan menuju daerah Paniai
melalui sungai Yawei. Begitu tiba mereka bermalam di rumah Itani Mote
di Yaba (Waghete). Sebelumnya misionaris,
P.Tilemans telah datang lebih dahulu ke Enagotadi,tepatnya di Ugibutu,
dekat dekat bukit Bobaigo. ini juga bersama dengan seorang controleer
polisi Jan Van Eecout dari Fakfak, pada kesempatan itu Jan Van
Eecoud berhasil membangaun stasiun pemerintahan pertama di dataran tinggi
papua Karena kehadiran dua gereja inilah maka Alm. Uwatawogiyogi (Ayah,
Mantan Bupati Paniai, Naftali Yogi, S.Sos) sebagai pemilik tanah, membagi
tanah untuk misionaris katolik dan Zending dengan batas sungai iyai.,. Kehadiran kedua misionaris Misi katolik dan zending yang berpusat
di misionaris katolik di langgur, key sedangkan misi protestan adalah
di ambon dan manado. Tentunya dapat dilihat dengan kondisi yang ada
saat ini, daerah utara papua sebagian besar beragama protestan dan pengajarnya
berasal dari ambon dan manado, bukti lainnya adalah adanya alat musik
suling bambu dan genderang yang dibawah oleh guru-guru asal sanger/manado.
Dibagian selatan papua, daerah ini saat ini agak sulit membedakan antara
masyarakat asli dari fak-fak,kaimnana, mimika sampai merauke dengan
orang key yang awalnya datang bersama para pastor misi katolik sebagai
guru, tukang, hingga kini mereka telah hidup bersama sebagai saudara,
orang key di wilayah selatan akan merasa asing jika pulang ke pulau
key tanah leluhurnya.
Dibagian utara Papua, daerah biak menjadi pintu
masuk untuk ke daerah meeuwodide, sedangkan di selatan Fak-fak serta
Kokonau menjadi pintu masuk ke daerah meeuwodide.
Dalam perkembangan pelayanan gereja, misionaris zending
lebih mudah menambah tenaga karena banyaknya pendeta asal ambon yang
telah disiapkan untuk mengisi pos-pos misi baru di wilayah meeuwodide,
seperti Kebo, Obano, Okeitadi dan Gakokebo, mereka itu seperti: Pendeta;
Paksoal, Sam Patipelohi Akhiary Tetelepta Lesnusa, Mustamu, dll. Untuk
penyebaran agama protestan maka pendeta-pendeta ini merekrut orang asli
untuk menjadi pendeta akhinya dua orang pemuda di ambil untuk disekolahkan
yaitu Karel Gobai,Ikoko Nokuwo dan Zakeus Pakage sedangkan gereja katolik
menyiasatinya dengan memperbantukan guru-guru asal Key didaerah-daerah
baru yang dibuka oleh pastor, tugas guru ini adalah selain mengajar
juga menyebarkan agama katolik di Paniai. Mereka adalah Iganatius Meteray
di Kugapa, Andreas Maturbongs di Enagotadi, Petrus Letsoin di Yaba kemudian
menyusul pada tahun 1943 Geradus Ohoiwutun dan Bernadus Welerubun .
Pada saat yang sama gereja katolik juga dari Langgur mengirimkan kemudian
sejumlah orang ke Babo untuk bekerja sebagai karyawan pada perusahaan
minyak namun disisilain mereka juga membuka pos katolik di babo, bintuni,
disisi lain misi katolik juga melanjutkan karya dari Pater Lecoc Darmanvile
dengan membuka pos katolik di Marauke sebagai basis penyebaran agama,
Sebagai pusat pemerintahan jaman belanda di Fakfak maka gereja katolik
membuka sekolah VVS dan ODO di Fakfak. Pada akhir tahun 40 an dan awal
tahun lima puluhan sejumlah anak dari mee dan moni, berjalan kaki mengikuti
jalan yang dikui oleh para misionaris menuju ke Fak-fak untuk melanjukan
sekolah, lulusan itu ada yang pulang menjadi guru di kampung ada pula
yang melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. Mereka antara lain: Alm
Wim Zonggonau, Alm. Deki Zonggonau, Alm. Alo Gobai, Alm. S.R. Tatogo,
Alm. Linus P. Mote,Luis Zonggonau, Thom Beanal, Youw (Ayah, P. Yan You).
Dengan demikian di pos dari gereja katolik dibanguan
sekolah-sekolah katolik yang gurunya adalah lulusan sekolah guru di
merauke dan fakfak, yang ditugaskan oleh pastor untuk membantu menyebarkan
agama katolik dan mengajar di sekolah, dalam tahun-tahun 1950 an seperti
Alm. Eria, Kosmas Serang (Asal Bintuni) yang setelah berpuluhtahun berkarya
dan memilih tinggal di Kobouyedimi, Yatamo. Dari merauke, Kokonau dan
Fak-fak P.Tilemans, juga mendatangkan Guru, mantri, tukang dan pelatih
menjahit misalnya: Guru Okmonggop, Kipimbob, Keranop dan Yikim dan sejumlah
guru dan tukang asal key; Welerubun, Kelanit, Ohoiwutun,Helyanan, Leisbun,
Kasihiuw, Raimu, Rahawarin dan komoro; urumami,
Perkembangan pendidikan dan pemerintahan disini menjadi
pasang surut karena situasi poltik yang tidak menentu yaitu dengan adanya
perang dunia II, dan pendudukan jepang di seluruh papua kecuali merauke,
ikut memutuskan misi ini. Disisi pemerintahan ambon dan Biak menjadi
salah satu pintu untuk menjangkau daerah meeuwodide, yang saat itu pemerintahannya
berkedudukan di Paniai, hal itu dapat dilihat saat ini dengan adanya
polisi-polisi belanda asal byak yang bertugas di daerah meeuwodide,
seperti; Korwa, Mofu,dll. Disamping itu dibidang pemerintahan serta
di bidang pemerintahan hal itu dapat dilihat J.V De Bruin yang rajin
untuk melakukan patroli-patroli sampai ke daerah kemandoga. Di Sanepa
(kini daerah Intan Jaya) ini juga merekruit sejumlah pemuda untuk menjadi
polisi, yang akhirnya karena pecahperang kedua mereka dibawah ke merauke
ada juga yang dibawah sampai ke australia. Dari tempat pulalah, Pdt.
Einar Nickelson, menyebarkan agama sampai ke daerah moni yaitu di wandai,
yang mana terdapat air garam, sehingga sempat juga bertemu dengan masyarakat
dani dan masyarakat amungme yang datang mengambil garam, ia juga berkunjung
ke biandoga dan bertemu dengan suku wolani, sedangkan penyebaran agama
katolik dimulai dari Pagopugaida, Bibida oleh Pater Misael Kamarer,
OFM, penyebaran dilakukan ke daerah Dugindoga (Bilogai), Zombandoga,
sampai juga ke Ilaga, daerah akan lebih mudah karena daerah suku moni
sehingga dengan mudah dapat dibantu oleh pemuda asal Kugapa; sementara
ke daerah suku amungme, Pater Kamarer menyebarkan agama, dibantu oleh
rombongan Bp. Menonal Beanal, yang saat itu datang tinggal di daerah
meeuwodide serta Alm. Moses Kilangin yang saat itu menjadi guru di Kugapa
(Bibida).
Pada tuhun 1949 melalui KMB Den Hag, pemerintah belanda
memisahkan papua dari republik Indonesia dan menjadikan papua sebagai
sebuah Negara yang merdeka dan berdaulat, berdasarkan Staars Beard No.J-567
tanggal 28 desember 1949. Kehadiran pemerintahan belanda ini,
Dibidang pemerintahan petugas pemerintahan juga didatangkan
dari suku biak; Seperti; Sobuber, Rumaropen, Noriwari, Rumpombo, Aibekop,
dll. Dalam kenyataan hidup selanjutnya karena intereakasi sosial yang
cukup baik dan untuk semakin mencintai daerah ini maka, para guru, polisi
dan petugas pemerintahan ini akhirnya kawin dengan putri-putri meeuwodide,
seperti: Eria, Welerubun, Okmonggop, Rahawarin, Noriwari, Mofu, Aibekop,
Rumpombo, Leisubun, Keranop,dll
Jiwa Misioner para perintis
Pelayanan pada saat itu baik gereja maupun pemerintahan
dilandasi dengan sikab yang konsisten, tekun membanguan daerah dan menyiapkan
anak-anak daerah ini dalam hal pendidikan, menegakan hukum bagi mereka
yang bersalah dengan sebuah sistem hukuman yang memang membuat oarang
merasa ada efek jeranya. Mereka dengan sungguh-sungguh menyiapkan daerah
ini sebagai daerah yang akhirnya menjadi daerah perintis bagi
pendidikan di daerah pegunungan tengah, baik dibidang agama, pemerintahan,
pertanian serta kesehatan dan kesejahteraan. Hal itu ditandai dengan
dari gereja protestan dibukanya SGB (Sekolah Guru Biasa) YPPGI Enagotadi,
yang menjadi sumber guru mulai dari Paniai sampai di Wamena, merauke,
jayapura. membuka STP (Sekolah Teologi Pertama) di Kebo, yang menjadi
sumber pendeta-pendeta lokal untuk melanjutkan tugas pendeta Zending
CAMA, yang bertugas sampai di daerah amungsa serta baliem. Dari gereja
katolik dibuka PBW (Pusat Belajar Wanita) untuk mendidik para putri-putri
kampung agar dapat menjadi istri yang paham kesehatan keluarga, serta
dibangun SR serta SMP YPPK di Epouto, yang lulusannya dikirim ke Biak
bagi yang ingin menjadi Guru dan yang lainnya ke Jayapura. Hal ini dilakukan
dalam rangka mempersiiapkan anak-anak meeuwo agar dapat merubah nasib
hidupnya, kelak menjadi pemimpin di daerah meeuwo ini.
Dalam tugas-tugas inilah pemerintah mulai memperkenalkan
kopi dan jenis sayur-sayur lainnya, bersama dengan pegawai-pegawai lokal
seperti; Alm. Yafet Kayame (Ayah dari, Bupati Paniai, Hengki Kayame,
SH) Kehidupan kesehariannya para misioner hidup membaur dengan masyarakat,
anak-anaknya berteman dengan anak-anak di kampung tersebut, mereka bersama
bermain, membuat jerat, bermain perang-perang, serta mencari bunga untuk
di berikan kepada suster, karena suster akan memberikan hadiah. Hal
itu juga diakui oleh Paul Paksoal, Agus Sumule, Matius Kelanit, Piet
Maturbongs,dll. Kenyataan kehidupan ini biasanya diceritakan oleh orang
tua di paniai, betapa akrabnya mereka dengan anak dari pendeta paksoal,
pa sumule, kelanit, meterai, keakraban itu terbawa hingga mereka telah
menjadi dewasa. Nilai yang ditanamkan saat itu adalah komitmen, kesetian
akan tugas msioner, pewartaan, nilai menjadikan semua bangsa menjadi
murid yesus, sehingga jiwa misioner baik orang tua maupun anak-anak
dari penginjil, guru dan petugas gereja saat itu adalah mencintai dan
mengasihi sesama. Disamping itu di Paniai juga sejak jaman trikora datang
juga guru-guru dari Jawa seperti; Karsinu, Darmono,dll menysul juga
guru-guru dari Toraja seperti: Agus Patintingan, Lamba, Malondong dan
juga Manansang.
Kenyataan Hari ini; Anak Misioner
dilupakan
Papua dan paniai saat ini menjadi daerah yang sangat
terbuka dengan hadirnya kaum transmigran baik melalui program pemerintah
maupun transmigrasi spontan yang dilakukan masyarakat non papua yang
lain,untuk mencari hidup, memperbaiki nasib daripada tinggal di kampung,
kehadiran kaum migran yang mempunyai motivasi yang berbeda ini tentunya
jiwanya berbeda dengan jiwa dari para misioner diatas yang penuh dengan
semangat kenabian. Motivasi orang non mee datang ke meeuwo dide
dan mungkin juga ini adalah untuk seluruh papua adalah dua yaitu: Mengemban
tugas perutusan gereja dan mencari nasib untuk menjadi pedagang atau
PNS untuk memperbaiki nasib di kampung.
Dalam kenyataan saat ini motivasi dengan misi perutusan
mulai berkurang sementara motivasi memperbaiki nasib di kampung jauh
lebih tinggi, sehingga kehidupan yang dibina juga telah jauh dari persaudaraan
sejati kehidupan yang ingin memperkuat atau memberdayakan masyarakat
setempat, sehingga dapat menjadi pemimpin di daerahnya ini.
Kenyataan inilah yang kadang memicu konflik antara
masyarakat asli dengan para guru, petugas pemerintahan serta petugas
gereja yang baru tugas, hal ini membuat masyarakat kadang merasa tidak
simpatik dengan petugas ini, sehingga kadang ada ungkapan oleh masyarakat.......orang
ini datang bertugas atau cari uang ini’
Kehadiran kaum migran ini kadangkala saudaranya dari
kampung yang sedang mengangur untuk dipekerjakan di kantornya, kadangkala
jika yang beararsangkutan menjadi pimpinan sekolah, petugas gereja atau
pimpinan SKPD maka mereka ini akan ditempatkan sebagai tenaga harian
yang kemudian diangkat sebagai pegawai tetap.
Terlepas dari kemampuan namun telah hilang nilai
penghargaan terhadap karya misioner rasanya telah menghantui masyarakat
meeuwodide, ditandai dengan munculnya kelompok baru yang hampir menguasai
pemerintahan dan swasta di meeuwodide, hal ini tentunya telah menyinggung
hati anak-anak misioner meewodide, mungkin papua, hal ini juga telah
mengatakan kepada kita betapa kita lupa akan sejarah dan karya-karya
luhur orang tua mereka.
Anak-anak perintis terjebak dalam kondisi saat ini,
yang serba egois, kegelisahan kekuasaan, mereka tidak kuat memperkuat
eksistensi yang dibangun oleh orang tua, padahal dalam hati, mereka
ingin menjaga kemurnian pelayanan dari orang tua mereka, dengan sungguh-sungguh
membangun tanah ini, bersama dengan orang-orang terpelajar dari tanah
ini, hal itu telah terbukti; saat Drs. Aleks Rumaseb menjadi Sekda Paniai,
sejumlah hal telah dilakukan disana bersama dengan Bupati Yanuarius
Dou, SH.
Disatu sisi anak-anak perinitis hari ini dihadapkan
pada kekuatan laju urbanisasi masuk tanpa menghargai nilai dan kelompok
perintis yang telah ada membangun daerah ini, yang ditandai dengan kelompok
paguyuban kelurga untuk kepentingan ekonomi dan politik suku-suku ini,
sebagai alat bargaining politik menjelang pilkada dalam mengejar proyek
atau jabatan tertentu di pemerintahan. Dalam pergaulan di daerah meeuwodide
tidak pernah terjadi masyarakat key, ambn membuat konflik dengan masyarakat,
yang ada hanyalah pada waktu lalu adanya perang di obano, yang dikenal
dengan perang Lesnusa, akibat sebuah perbuatan pribadi, masalah ini
menjadi besar karena situasi saat itu masyarakat masih terikat dengan
adat, namun jika terjadi sekarang pasti akibat dari masalah tidak sehebat
yang sering didengar. Dalam kenyataan sekarang konflik terjadi dengan
antara orang meeuwodide dengan suku bugis, makasar serta buton yang
motivasinya adalah merunbah nasib dikampung dengan mencari uang, begitu
juga dengan di pemerintahan kadang ada konflik antara suku toraja dengan
masyarakat meeuwo, karena penganggur di kampung dibawa menjadi PNS di
daerah Meeuwodide, bahkan dengan paguyuban sebagai alat bargaining politik
diupayakan memperoleh jabatan tertentu.
Dampak Negatif perlu dihindari
Hasil sebuah misioner adalah banyak orang meeuwo
telah menjadi pendeta, menjadi pastor, PNS, pejabat pemerintahan, politisi
mereka ini adalah hasil dari karya misioner pada tahun-tahun yang lalu,
buah yang pertama Drs. A.P You, Herman Mote, SH, Yan Dou, SH, dll, buah-buah
yang kedua dari hasil karya misioner, dan hasilnya adalah menjadi lebih
unggul, antara lain Bupati Paniai, Hengki Kayame ayahnya seorang pegawai
pertanian dari jaman belanda, hasil didikan misioner jaman oleh belanda
menjadi mantri pertanian, Bupati Deiyai, Dance Takimai, ayahnya seorang
guru yang merupakan hasil didikan misioner jaman belanda.
Hal yang perlu dihindari adalah kaum urban yang bukan
anak-anak misioner namun sedaerah dengan para misioner muncul dan ingin
menguasai karya misioner terdahulu, karena merasa karya masa lalu dibuat
oleh saudaranya dan tidak memberikan kesempatan kepada anak-anak setempat,
tidak memberdayakan atau melakukan penguatan kepada anak-anak setempat,
tentunya kelompok ini mempunyai motivasi yang lain hanya untuk memperbaiki
nasib hidup. tetapi yang terpenting anak-anak misioner dan anak-anak
setempat di meeuwodide berjalan bersama dan membangun bersama, melanjutkan
karya luhur para misioner.
Penghargaan kita
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa
pahlawannya, hidup didunia ini adalah membuat sejarah dan membaca sejarah,
hal ini berarti orang meeuwo adalah manusia sejati, maka tentunya perlu
menjadi manusia yang berjiwa dan berfikir besar, dengan menghargai jasa
para misioner, apa yang telah kami paparkan di atas adalah sebuah fakta
sejarah yang pernah terjadi pada masa lalu, yang dapat kita baca saat
ini. yang tentunya perlu dikongkritkan dalam pekerjaan pemerintahan
dan swasta saat ini, dengan memberikan penghargaan yang adil dan layak
kepada anak-anak dari para misioner, jabatan-jabatan penting di pemerintahan
dan swasta, bukan melihat mereka dengan sebelah mata, melihat mereka
sebagai musuh dan melihat mereka dengan dendam.
Satu hal yang perlu dilihat sebagai contoh; Mgr.
John Saklil, Pr,menjadi uskup timika, adalah sebuah kewajaran, walaupun
dipilih oleh Paus tetapi disisi lain ini adalah sebuah bentuk penghargaan
atas pengabdian bapaknya sebagai seorang misioner gereja katolik
yang datang dari Langgur, tentu ada orang lain yang perlu kita hargai
dan memberikan tempat kepada mereka.
Akhirnya saya sebagai ketua dewan adat paniyai, mewakili
masyarakat adat meeuwo mengucapkan terima kasih atas pengabdian para
misioner dari Belanda, Ambon, Key, Merauke, Bintuni, Jawa dan Toraja,
pasti Tuhan akan membalasnya berlimpah berkat dan pengampunan.