Minggu, 04 Mei 2014

PILEG VERSUS JABATAN, MONEY


Masih hangat dalam Ingatan Kita, tanggal 9 April lalu adalah pesta demokrasi indoneisa. Ajang  mencari figur wakil rakyat,  dari pusat hingga di kabupaten/kota. Berbagai gerakan dilaksanakan dengan tujuan menyedot perhatian masyarakat. Tak ketinggalan pula para elit politik ikut berpartisipasi memberikan dukungan kepada para calegnya dengan  harapan memenangkan atau mempertahankan eksistensi Partai Politik di lembaga Parlemen. 
Money Politik. FOTO:Ils
Berbagai cara digunakan untuk memenangkannya, bahkan harta dan benda bahkan terkesan dijual-belikan. Tidak hanya itu, beberapa daerah kabupaten/kota para pejabat politik perjual-belikan/menawarkan jabatan kepada  kelompok yang tidak memiliki jabatan eselon dilingkungan pemerintah. Adalah suatu adegium klasik dalam percaturan politik. 
Kekwatirannya adalah dampak yang muncul lantaran eksen politik dipentas politik,  selama kurang lebih 2 minggu terakhir itu. Kita belajar beberapa pengalaman ketika kabupaten Deiyai sebelum di mekarkan, tepat pemilu (pileg) periode lalu. Banyak istri diceraikan, hubungan social yang erat menjadi retak, utang-piutang saling menuntut, tanah yang dihuni saling gugat mengugat. 
Ada beberapa catatan adat yang mestinya tidak boleh dilanggar, sudah tersingkir. Inilah kondisi yang kini terlihat di beberapa wilayah termasuk Kabupaten Deiyai.  Pergeseran nilai-nilai social terus berjalan, nilai manusia bisa ditukar dengan uang, nilai manusia disamakan dengan nilai sebuah kursi di lembaga parlemen. Berikut ini catatan buram sejak tanggal 7-15 April lalu….
Rumah saya dipinggir jalan raya. Setiap hari kendaraan terlihat bagaikan kota besar, ramainya kendaraan yang berkaca gelap memancing perhatian warga setempat sepanjang jalan (Gakokebo-Tenedagi-Debey). Biasanya setiap hari lintas Enarotali-Tigi Barat hanya beberapa kendaran yang mondar-mandir  mencari penumpang. Tak heran para caleg berkeliling mencari suara. Hamper warga yang berdiri disepanjang jalan mendapat sapaan, bahkan di kasih rokok dan uang, diamplopkan dengan triker. tidak hanya itu, nomor handpond pun diberikan, dengan pesan “jika ada suara sisa tolong kontak saya,”. Inilah kenyataan yang didapatkan selama pileg berlangsung. 
Memang aneh bagi perhati politik ataupun kalangan perhati kemasyarakatan yang lain, namun bagi kalangan elit politik ataupun pelaku politik hal itu wajar dan harus dilakukan guna memperoleh kemenangan dalam bursa pileg itu. Dalam tulisan ini saya tidak menguraikan lebar panjang akan tetapi sebatas memperjelas atas kalimat-kalimat sepanggal yang berkembang di beberapa grooub tanpa menjelaskan secara detail. Semoga bermanfaat bagi kita semua…..*******
Sumber: tigidoutou.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar