KETIKA
itu saya memasuki pintu gapura disebuah gubuk.
Gubuk tersebut berukuran 5 x 5
Persegi. Halaman bagian depan gubuk, seluas 20 X 17 persegi. Diluar gubuk itu dilihat
hiasi dengan berbagai macam tumbu-tumbuhan,
diantanya bungah Anggerek, bungah mawar, Pohan Kasuari, dan bahkan banyak tumbuhan
dan tanaman lainnya didepan halaman
Pondok itu.
Kebetulan
memandang ke dalam gubuk itu, ada seorang Tua berjenkot putih sedang duduk disebuah kursi Rotan sedang
dengar-dengan lagu Rohani sambil minum Teh
hangat di Pagi hari .
namun
saya berniat untuk masuk ke dalam gubuk
itu, ketika masuk, saya mengatakan, “
Baa, Koya Abata (Mee). Bapak Selamat Pagi,” Ucapku sambil Kipoo Motii (salaman Orang Papua). ternyata
sendirian dalam Gubuk itu.
Paitua
Kumis putih itu menjawab, “ Shaloomm, anakKu…….. Jecksonnnnn …..selamat datang di
Gubuk , “ kata Paitua berjengkot putih
itu dengan penuh antusias.
Saat
melihat kondisi dalam gubuk itu, dihiasi dengan berbagai macam perhiasan bahkan
juga ada satu unit computer dibagian sudut, dan Musik Band satu set di samping
kanan. Saya merasa heran, Gubuk itu kecil tetapi perabot dalam gubuk memikat
perhatian.
Seusai
itu. Paitua persilakan duduk disebuha kursi. Maka, sayapun duduk di kursi yang
telah disediakan didalam Gubuk itu.
si
Tua itu memanggil anaknya.
“Linda…Linda.. linda” kata paitua itu sekitar tiga kali.
“Ya,Bapa, Jawab anaknya
“Ko buatkan teh untuk ko punya kaka Jeckson, “
Kata si Tua itu kepada anaknya.
Selagi
anaknya mempersiapkan teh buat saya. Bapak itu bertanya, “ selama ini ko
tinggal dimana saja ?
“ z di Rumah Auri saja, tra ke mana-mana, “
Jawab saya.
Saat
kami dua sedang intraksi, anak Si Tua bernama Linda itu ke dapur buatkan teh
hangat. sepuluh detik kemudian Anak bungsu, si Paitua itu membawah datang
segelas teh hangat untuk saya.
Sambil
minum teh di pagi itu, Si Tua itu mengatakan, “ Anak, besok za rencana mau pelayanan di Kampung Muri.
“Anak, ko mau ikut Bapa ke Kampung Muri ka ?
Tanya Paitu itu, sambil minum teh hangat.
Saat
mendengar Kampung Muri, saya merasa nama kampung tersebut baru didengar
Karena
penasarann, saya balik bertanya, “ Bapa Kampung Muri itu dibagian mana ?
Jawab
Paitua,”Kampung Muri terletak di dekat telaga Yamor, antara Kabupaten Nabire
dan Kabupaten Kaimana.
Tanya
saya,” Kampung Muri Wilayah
Administrasinya masuk dalam kabupaten
Nabire atau Kabupaten Kaimana ?
Jawab
Bapak, “ Anak, Wilayah Administrasinya, de masuk dalam Kabupaten Kaimana,
Propinsi Papua Barat. Akan tetapi
kondisi masyarakat disana, belum ada perhatian dari Pemerintah, dalam hal pelayanan Pendidikan dan Kesehatan bahkan
disektor lainnya. Kata Si Paitua, sambil menggelengkan kepalanya.
“Sebab pada tahun lalu saya sempat pelayanan
disana, ada salah satu perusahan kayu yang sedang operasi di kampung Muri
tetapi tidak diperhati nasib rakyat setempat, seenaknya menguras kekayaan
mereka “ Katanya.
“ Maka, Bapa sengaja ajak Jackson to, supaya
dari sekarang mulai pelayanan kepada Umat Tuhan serta membantu Bapa untuk
memikul barang, “ Kata si Tua itu.
Ketika
saat keasikan diskusi, kebetulan handphone saya ada panggilan masuk dari Nahum Madai.
saya angkat panggilan masuk itu.
Hallo
selamat Pagii Nogeiii (Teman),” Kata saya
Nogeii
ko dimana ? sekarang ni za mau ke Lagari niii…
“Nogeii, di Batalion nii dengan Pak Jack,
Tanya
Nahun. “ko mau ikut za ke Lagari ka?
Nogeii,
“ Mau ikut ni, jadi datang jemput za
sudah di rumah Batalion
Oke
baik Nogeii, ko tunggu za mau datang jemput ni.
Paitua
itu bertanya, tadi itu siapa yang telpon ?
“Itu
z pu teman Nahum
Beberapa
Menit kemudian Nahum tiba, Nahum SMS saya dari depan Gubuk itu
Ketika
teman saya tiba. secara terburu-buru saya
minta pamit. Sambil salaman .
“Ba,
Koyaaooo abata ani kii Lagari Uwinekaa, Nogeii Nahum Mananategi kaa. (Bapak, selama Pagi, saya mau ke Lagari jadi ,
soalnya za pu teman Nahum ada panggil niii).
Maka
saya bersama teman Nahum Madai menuju ke Lagari menggunakan sebuah Motor RX
King. Saat hendak menuju ke Lagari di
ditelpon si Penginjil Tua di tengah perjalanan.
“Anak,
kamu siap. Besok pagi kamu ikut ke daerah Selatan Papua. Anak nanti bantu pikul
genset ya,” kata Si Penginjil Tua.
Saya
merasa kesal, sebab saya belum ada persiapan untuk pergi ke daerah yang dimaksud.
“Adoo,
Bapa saya sibuk jadi tra bisa,” tutur saya dengan rasa kesal.
“Harus
ikut anak,“ kata Si Penginjil Tua dengan nada keras dan akhirnya saya bersedia
untuk mengikuti si Penginjil Tua .
Saat membagikan Pakean ke Umat di Kampung Muri (FOTO/Ils) |
Keesok
harinya, mulai perjalanan menuju ke
sebuah kampung terpencil yang terletak diantara Kabuaten Nabire dan Kabupaten
Kaimana untuk mengabarkan injil dan memberikan pelayanan kepada umat Tuhan.
Waktu yang ditempu ke kampung tersebut selama dua hari. Perjalanan sungguh
sangat melelahkan namun kami tetap melajutkan perjalanan dengan berjalan kaki.
Saya memikul sebuah diesel di bahu.
Ketika
tiba di Kampung Urubika, hujun mengguyur deras membasahi semua barang bawaan. Walau
demikian, tetap melanjutkan perjalanan
ke tempat tujuan kami.
“Anak
ini hujan deras jadi kami istrahat di rumah podok itu,” tutur Si Penginjil Tua
yang juga Alumni STT GBI Mawar Saron sambil memikul sebuah tas lanser.
Sesaat
setelah kami berteduh, pondok yang kami tumpangi roboh.
“Wuuuuuu
wuuuuu wuuuu,” saya berteriak sambil melompatkan diri ke arah kanan pondok yang sedang roboh itu
Saat
itu, saya tidak berpikir apa yang dialami Si Pengijin Tua itu. Ternyata, bagian
jari tangan terluka .
Saya
bertanya, “ Bapak Jari ada darah itu kenapa ?
“
Ahhhh itu Tadi ada terjepit di kayu, saat Pondok roboh,” Kata Si Tua.
Namun, hal yang kami Syukuri, semua barang bawaan dalam kondisi aman.
Walau
kesehatan Si Penginjil Tua kurang baik, tetap melanjutkan perjalanan ke tempat
tujuan .
Kami
tiba di sebuah kampung yang terletak di bibir Telaga Yamor saat waktu telah
menunjukan Pukul 05.00 sore.
Selanjutnya,
kami numpang pada sebuah truk berwarna kuning milik Perusahan Kayu untuk
melanjutkan perjalanan ke Kampung Muri dengan jarak tempuh sekitar 200 km. Dan
akhirnya kami berdua tiba dengan keadaan selamat ke tempat tujuan kami.
Kami
disambut antusias oleh masyarakat di Kampung Muri, sambil menyanyikan lagu “
selamat Datang-selamat Datang”
Ketika si Penginjil Tua itu melihat kegembiraan
masyarakat di kampung itu, Ia mencucurkan Air matanya, sambil salaman dengan
warga di daerah terpncil itu.
Namun,
beberapa detik kemudian Saya juga mencucurkan air mata, ketika melihat kondisi tubuh
mereka yang terinveksi penyakit kulit.
Rumah
yang mereka huni, dibangun dari kulit kayu, atapnya dari daun pohon bobo.
Berukuran 5 X 5
Seusai
itu kami diantar ke rumahnya Pendeta yang sedang pelayanan di kampung tersebut.
Saya
tanya ke Pendeta itu, nama
Bapak siapa ?
Markus
Anou
Pelayanan
disini sudah Berapa Tahun ?
20
Tahun
Namun
saya bertanya lagi“ perusahan yang sedang operasi itu, nama perusahannya apa ya
?
Ia
menjawab,” Itu nama Perusahan Sentrico ,”Jawabnya
Di
Perusahan ini, ada masyarakat sini yang jadi Karyawan ka tida ? tanya
saya.
“Trada,
karena mereka disini, tra tau membaca dan menulis
Saya
tanya, di kampung ni ada Sekolah ka trada ?
“Disini
trada sekolah, Jawabnya.
Karena
trada Sekolah saya yang biasa mengajar membaca dan menulis, “dari hari senin
sampai dengan Sabtu, klau hari Minggu
pimpin Ibadah di Gereja” Jalasnya.
Kata Pendeta Anou lagi, Puji Tuhan…..Sekarang
sudah banyak Masyarakat yang tahu
membaca dan menulis, “ Ujarnya sambil masuk ke dalam rumahnya
Apakah,
ada perhatian dari perusahan terhadap Masyarakat disini ka trada, “Tanya saya
sambil memikul barang.
Yaaa
ada, “kemarin lalu, pihak Perusahan ada berikan sebuah Disel untuk penerangan di kampung ini. serta
Transportasi sudah sediakan oleh pihak perusahan kepada Masyarakat sini.
tanya
lagi, “Bapa, Untuk Pendidikan Perusahan perhatikan kaa, tida ?
Tradaa,
Kata Pendeta itu
Lanjutnya,
“waktu lalu saya mendesak Perusahan untuk memberikan beasiswa agar mereka bisa sekolah di Kota. Akan tetapi
hinggah kini belum ada jawaban dari Perusahan Sentrico, “ Kata pendeta Anou itu sambil mengankat barang yang kami
bawah dari Nabire itu.
Kemudian
saya merasa ngantuk, saya pun membaringkan diri di tempat tidur yang sudah disedia oleh Pendeta Anou.
Ketika
hari mulai pagi, Si Pendeta Anou itu telah menyediakan sarapan pagi.
Namun,
sambil menikmati sarapan Pagi, saya bertanya,” Suku di Kampung Muri ini Suku
apa ee ?
Suku
yang mendiami Kampung Muri adalah Suku Meree, yang awalnya mereka ditemukan
oleh Penginjil Papua, Pendeta Anow pada Tahun 1992. Saya sendiri,’ katanya
sambil ketawa heheheheheheeheheheheheh
Beberapa
waktu kemudian, si Penginjil Tua itu mengabarkan Injil dan membagikan pakaian
kepada Umat Tuhan di Kampung Muri sebagai hadia Natal.
Walau
menghadapi hambatan demi hambatan, masalah demi masalah tetapi Si Penginjil Tua
ini tetap bertekad melanjutkan visi dan misinya. Namun, sampai dengan saat ini
masih terus melayani di pedelaman Papua. Si Penginjil Tua yang maksudkan adalah
Pdt. Jack Yeskhel Ikomou, S.Th. Usia (67 Tahun). Sekarang beliau sebagai Ketua
Departemen PI & Doa Sinode Kingmi Papua. Banyak pengalaman yang beliau lalui
semasa muda. Ia fokus untuk pelayanan secara religious dan/atau membangun iman
kepercayaan kepada Tuhan di Pedalaman Papua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar